Alih Fungsi Lahan Makin Tak Terbendung Lagi


Oleh : James P. Pardede

Pola hidup manusia sekarang yang terbilang konsumtif menjadi salah satu penyebab semakin rusaknya lingkungan di sekitar kita. Bumi tempat kita berpijak saat ini pun sudah mengalami banyak kerusakan. Sepanjang perjalanan dari Medan ke Berastagi, lihatlah ke kanan dan ke kiri, ada banyak bukit-bukit yang dulunya ditumbuhi oleh tumbuhan sekarang telah diratakan dengan alat berat. Perubahan fungsi lahan atau alih fungsi lahan di negeri ini seakan tak terbendung lagi.

Perubahan fungsi lahan telah mengakibatkan tanah longsor, bukit-bukit yang diratakan sepanjang jalan menuju kota wisata Berastagi dikhawatirkan beberapa tahun ke depan akan memberi dampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Bukit yang dulunya sudah lestari terpaksa dipangkas dan diratakan untuk menimbun jurang dibawahnya. Dinamisnya pergerakan tanah dan pengaruh iklim dan curah hujan akan menimbulkan longsor di sekitarnya.

Menurut salah seorang warga kota Medan, Ramalan Ritonga yang melintasi kawasan jalan Medan-Berastagi menyampaikan keluh kesahnya tentang ,makin rusaknya alam di sekitar kita. Seharusnya, sebelum melakukan perataan atau alih fungsi lahan, beberapa hal penting perlu dipertimbangkan. Mulai dari aspek lingkungan sampai kepada aspek habitat yang ada di sekelilingnya apakah akan terganggu atau tidak.

Permasalahan alih fungsi lahan ini semakin mencuat dan mengemuka karena semakin bertambahnya jumlah penduduk yang pada akhirnya membutuhkan tempat tinggal. Luas lahan yang beralih fungsi sangat luas dan bergerak terus setiap saat. Faktor kebutuhan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan upaya pelestarian lingkungan membuat alih fungsi lahan semakin mengkhawatirkan.

Kita semua pasti menyadari, bahwa segala sesuatu tak memiliki arti apa-apa kalau sesuatu itu tidak memberikan keuntungan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Padahal, tanpa kita sadari tanah yang dulunya masih lestari dan bisa ditanami dengan berbagai macam tumbuhan sejujurnya sangat memberi arti bagi kita. Paling tidak, dengan tumbuhnya beberapa jenis pohon atau tanaman di sekitar kita telah berkontribusi menghasilkan Oksigen untuk kebutuhan kita bernafas.

Lantas, muncul pertanyaan. Apakah kita pernah tersadar dimanakah kita sekarang ini ? Kita sebagai manusia hidup di Bumi mulai dari lahir, kecil, beranjak dewasa, sampai kita meninggal. Kita sangat berhutang budi pada Bumi, planet tempat tinggal kita yang tercinta ini. Kita harus menyadari bahwa bumi tempat kita berpijak telah banyak memberi pelajaran hidup bagi semua mahluk hidup.

Akan tetapi, apakah kita pernah sadar dan berapa banyak dari kita yang telah mengotori Bumi, merusak Bumi, dan membuat Bumi ini menjadi tidak indah lagi ? Kadang-kadang kita tidak sadar bahwa perbuatan kita sangat merusak Bumi dan terkesan tidak berterima kasih pada Bumi yang telah berjasa banyak pada kita.

Bukan karena memperingati hari-hari tertentu yang bersinggungan dengan permasalahan lingkungan baru kita memiliki kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan di sekitar kita. Kita harus mulai mengubah pola hidup kita agar perbuatan kita ini tidak lagi merusak Bumi. Kita adalah manusia yang diciptakan Tuhan lebih tinggi dari mahluk hidup lainnya. Kita sesungguhnya tidak dapat melakukan semua hal dengan kemampuan kita sendiri.

Jika kita hanya dapat berbuat hal-hal yang sederhana, ya kita lakukan hal sederhana tersebut. Jangan hanya karena hal sederhana yang bisa kita lakukan, kita malu untuk melakukannya sehingga kita tidak melakukan apa-apa. Tetapi juga kita harus mengembangkan diri supaya bisa melakukan hal yang lebih besar lagi. Yang terpenting adalah niat dan keikhlasan.

Hal-hal kecil yang dapat kita lakukan misalnya adalah membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghematan listrik, menghemat Bahan Bakar Minyak dan masih banyak lagi.Mungkin kita sudah bosan dengan kata-kata "Buanglah Sampah Pada Tempatnya". Kita mendengar kata-kata itu sejak kita kecil sampai dewasa. Tetapi apakah kita sudah melakukan hal yang kita anggap sederhana tersebut?

Mungkin ya, mungkin tidak. Kadang-kadang untuk sampah yang besar kita ingat, tetapi jika sampahnya kecil seperti sobekan kertas, plastik, atau bungkus snack, kita membuangnya begirtu saja. Jika kita ada di kelas, maka kita taruh sampah tersebut dikolong meja. jika ada diangkot maka ditaruh dibawah tempat duduk.

Hal itu tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Itu menandakan bahwa yang terpenting adalah kesadaran diri. Usia tidak berpengaruh pada sikap seseorang. Yang paling berpengaruh adalah kesadaran. Itu yang paling penting. Begitu juga dengan penggunaan listrik dan air.

Kita selalu menganggap bahwa lebih banyak orang yang menggunakan air lebih banyak dari diri kita sendiri sehingga kita berpikir kalaupun kita menghemat, tetap saja tidak akan berguna. Itu adalah pemikiran yang salah. Jika semua orang berfikir itu, maka tidak akan ada yang berhemat bukan? Kita harus menanamkan pikiran segala sesuatu hal yang baik itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Jangan menunggu orang lain untuik berbuat hal kebaikan.

Oleh karena itu, untuk menjaga lingkungan di sekitar kita, lakukanlah suatu hal yang kecil karena sesuatu yang besar itu tidak ada sebelum ada hal yang kecil. Jika hal kecil itu dilakukan oleh banyak orang, maka hal kecil itu akan menjadi hal yang besar. Jika seribu orang membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan, maka daerah tersebut akan menjadi bersih. Tetapi jika seribu orang membuang sampah sembarangan, maka tentunya daerah itu akan sangat kotor sekali.

Sadar atau tidak, kita perlu mengkampanyekan cara hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika ada sampah kecil dan di jalan tidak menemukan tempat sampah, alangkah baiknya sampah tersebut dibawa kembali untuk dicuci dan ditaruh ke dalam cairan pewangi pakaian.

Tidak hanya masalah lingkungan, Bumi tempat kita perpijak saat ini sudah terkena yang namanya pemanasan global. Dimana curah hujan dan panas matahari makin tak menentu. Apa pun itu perlakuan kita terhadap Bumi, mungkin bumi belum saatnya marah sekarang, tapi butuh proses yang tidak terlalu panjang.

Kampanye tentang “Jangan Lagi Merusak Bumi” harus disosialisasikan ke sekolah-sekolah sampai ke kalangan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan. Semoga mulai hari ini kita tidak lagi merusak bumi tapi menyelamatkan bumi dari kerusakan. Menahan kehendak untuk mengubah fungsi lahan yang dianggap masih produktif.
  • Penulis adalah pemerhati masalah lingkungan.
  • Tulisan ini sudah dimuat di Harian Analisa Medan

Sejuta Manfaat dari Berpikir Positif

Oleh : James P. Pardede

Pepatah mengatakan “Pikir itu pelita hati”, yang bermakna bahwa apa pun yang kita pikirkan itu akan menjadi pelita bagi hati kita. Bagaimana kalau setiap hari kita berpikir negatif dan pesimis ? Apakah itu juga akan menjadi pelita bagi hati kita ? Kadang-kadang, dalam menjalani hidup dimuka bumi ini, ada saja godaan dan rayuan yang membuat kita berpikir negatif. Baik itu dari teman, rekan kerja, saudara dekat, isteri dan anak-anak.

Berpikir negatif akan membuat hati kita tidak tenang, perasaan kita selalu was-was dan tidak bisa konsentrasi dalam menjalankan tugas. Padahal, kita semua tahu kalau dalam menjalani hidup yang hanya sementara ini kita butuh ketenangan, butuh kebersamaan, saling menghargai dan saling menghormati. Karena, setiap orang dimuka bumi ini juga menginginkan umur yang panjang, terlihat energik dan selalu tampil awet muda.

Resep untuk tetap tampil awet muda sesungguhnya sangat mudah, Anda tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam di satu tempat rehabilitasi, mengikuti seminar motivasi sampai berkali-kali dan ketika pulang tidak membawa hasil apa-apa. Resep untuk tampil energik juga tak perlu menghabiskan banyak uang. Jawabannya adalah berpikir positif. Sering-seringlah berpikir positif karena dengan begitu Anda akan mendapatkan manfaat yang luar biasa.

Tak ada kata rugi bagi Anda yang selalu berpikir positif. Selain memberikan kesehatan jiwa dan raga, berpikir positif akan memberikan sejuta manfaat untuk Anda. Dengan  berpikir positif dapat meningkatkan kesehatan fisik dan jiwa. Dr J Davidson, Prof Dept. Psycology dari University of Winconsin menemukan, bahwa berpikiran positif bisa membuat umur panjang, mengurangi risiko penyakit jantung, menekan angka depresi, menahan flu, coping skill lebih baik (ketika mendapat cobaan akan lebih cepat mengatasi), sehat secara psikologi dan meningkatkan produktivitas.

Perasaan positif akan meningkatkan kemungkinan untuk sukses. Berpikir positif juga meningkatkan tingkat kepuasan jiwa dan perasaan bahagia. Orang yang berpikiran positif selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif, sehingga bisa menikmati hidup lebih baik. Selain itu orang yang berpikir positif selalu bersyukur atas apa yang sampai padanya atau pengalamannya sehari-hari. Hal lain yang tak kalah penting adalah berpikiran positif akan meningkatkan kualitas interaksi dengan orang lain.

Kita juga harus berpikir positif ketika menyaksikan ‘drama politik’ di negeri ini. Setiap orang saat ini sudah haus kekuasaan, haus harta dan jabatan. Sudah banyak manusia saat ini tak lagi berpikir secara jernih dan tulus. Ada banyak orang saat ini melakukan berbagai cara demi untuk mendapatkan satu kesempatan menjadi ketua, menjadi pemimpin dan menjadi raja-raja kecil di daerahnya. Setelah tersandung, mereka baru sadar bahwa selama ini terlalu berpikiran negatif dalam memperebutkan tahta dan jabatan menghanyutkan itu.

Tak Terasa Nyaman

Berbicara tentang berpikir positif, kita seringkali menyaksikan hal-hal kecil yang menjadi cermin dari perilaku seseorang. Hal kecil itu adalah perilaku kita dalam mengemudikan kendaraan. Kalau kita berpikiran positif, pastilah kita akan berkendara dengan benar, kalau sudah tahu berada dalam situasi macat tak perlulah harus membunyikan klakson sampai berkali-kali. Semua orang yang berada di atas kendaraan pasti ingin cepat sampai ke tujuan. Kalau kita berpikiran positif, segala sesuatu akan kita lakukan dengan pemikiran yang positif pula.

Kalau sudah tahu hari ini kita terlambat masuk kantor karena terjebak macet, maka esok harinya berangkatlah lebih cepat dan lebih awal agar terhindar dari kemacetan lalulintas dan cepat sampai ke tujuan. Kadang-kadang kita sendiri yang membuat diri kita terlambat karena seringkali menomorduakan pemikiran positif tadi.

Dengan berpikir positif, kita akan lebih berani mengambil resiko dari setiap langkah yang kita pilih dalam menjalani hidup dan selalu menatap masa depan tanpa harus  terperangkap dengan bayang-bayang masa lalu. Atau hanyut dengan pemikiran-pemikiran negatif karena takut bersaing secara sehat dengan sesame teman atau rekan kerja dalam meraih sebuah kesuksesan.

Setiap kali melangkah untuk melakukan apa pun, selalulah berpikir positif. Paling tidak, volume berpikir Anda harus lebih banyak positifnya daripada negatifnya. Baru-baru ini, Indonesia telah memilih presiden barunya dan menjadi presiden terpilih. Dia adalah Joko Widodo dan pasangannya Jusuf Kalla akan menjadi Presiden RI yang ke-7.

Sampai hari ini, ada banyak opini positif dan negatif yang terlontar tentang keberadaan Jokowi-JK terutama dalam sepak terjang mereka dalam memilih menteri yang akan duduk di kabinetnya. Ada yang berpendapat, mana mungkin seorang ekonom menjadi menteri pariwisata ? Mana mungkin seorang jurnalis menjadi menteri BUMN ? Mana mungkin seorang legislatif menjadi menteri pemberdayaan perempuan ?

Anggapan-anggapan negatif yang kita lontarkan kepada pasangan presiden terpilih akan membuat hidup kita makin tak terasa nyaman. Bagaimana kalau posisi menteri yang terpilih itu ada di dalam diri kita ? Kemampuan apa yang kita miliki ? Bukankah manusia di muka bumi ini diciptakan Tuhan memiliki kelebihan dan kekurangan. Manusia memiliki talenta dan potensi yang telah ditetap Tuhan terhadap setiap umat-Nya ?

Tak ada ruginya kalau kita memberikan kesempatan kepada pasangan ini untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan. Kita kasih kepercayaan dan kita dukung pemerintahan ini lima tahun ke depan.Kalau setiap hari kita berpikiran negatif terhadap kepemimpinan seseorang, kita cenderung akan tertinggal ketika orang yang kita anggap tidak mampu justru selalu berpikir positif dan melakukan tugasnya dengan sepenuh hati.

Kita tidal boleh larut dengan pemikiran-pemikiran yang negatif dan mematahkan semangat orang lain. Lebih baik kita berpikir positif saja, percayakan amanah yang diberikan presiden kepada menteri-menterinya mudah-mudahan bisa dilaksanakan dengan baik. Sekali lagi, berpikir positif-lah dalam menjalani hidup yang sementara ini. Sukses untuk semua.
  • Penulis adalah tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional.

Narkoba dan Kepedulian Kita



Oleh : James P. Pardede
Penyanyi dan pencipta lagu Fariz Rustam Munaf kembali ditangkap aparat kepolisian terkait kasus narkoba. Fariz diamankan petugas di kediamannya. Pelantun tembang Barcelona itu diamankan saat sedang bermain gitar seorang diri. Seperti dilansir dari Kompas.com (7/1), lintingan ganja ditemukan di asbak yang berada di dekatnya. Fariz diduga sedang mengonsumsi ganja ketika ditangkap.
Tidak hanya ganja, polisi juga menemukan satu paket heroin di saku kanan Fariz dan juga alat isap sabu. Ia dikenakan tiga pasal, yaitu Pasal 114 soal psikotropika, Pasal 111 soal kepemilikan ganja, dan Pasal 112 soal heroin dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Fariz RM terancam hukuman minimal 4 tahun penjara.
Sebelumnya, Fariz RM pernah ditangkap dalam kasus serupa karena memiliki 1,5 linting ganja seberat 5 gram pada 28 Oktober 2007. Fariz dihukum penjara selama 8 bulan dan menjalani rehabilitasi di Rumah Sakit Melia Cibubur Jakarta.
Penangkapan Fariz RM untuk yang kedua kalinya semakin mempertegas bahwa penggunaan narkoba masih marak di Indonesia. Di tahun 2014 lalu, ada pelawak Kabul Basuki atau yang memiliki nama panggung Tessy juga ditangkap karena kasus narkoba. Tidak hanya di kalangan artis, pejabat negara, jaksa, aparat kepolisian, mahasiswa, pelajar dan guru besar. Tahun 2014 lalu, guru besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, Prof Muzakkir juga positif menggunakan narkoba dan tertangkap sedang berpesta narkoba dengan mahasiswanya di salah satu hotel di Makassar.
Kasus penangkapan pengedar, pengguna dan pabrik narkoba sudah sangat banyak. Tapi, tetap saja jumlah pengedar, pengguna dan pabrik pembuatan narkoba masih berkeliaran mencari mangsa baru setiap hari. Ada banyak cara yang dilakukan jaringan pengedar narkoba untuk memasarkan barang haram tersebut ke berbagai daerah. Belakangan, narkoba juga sudah dicurigai masuk ke dalam areal kampus dengan tertangkapnya mahasiswa melakukan transaksi jual beli narkoba di dalam kampus.
Badan Narkotika Nasional (BNN) memastikan saat ini Indonesia sudah masuk dalam kategori darurat penyalahgunaan narkoba. Pasalnya, angka pecandu narkoba sudah melebihi angka 4,9 juta jiwa. Jika kita amati secara cermat, banyak kasus narkoba atau penangkapan terhadap pemasok narkoba terutama dari luar negeri seringkali pintu masuknya dari negara-negara tetangga kita. Ada kesan, mereka melepaskan oknum pemasok dengan barangnya jika tujuan akhirnya negara Indonesia.
Dari sekitar 4,9 juta orang pengguna narkoba di Indonesia. Sekitar 70% pengguna narkotika itu adalah pekerja, 22% pelajar dan mahasiswa, serta 8% adalah pengangguran. Pengguna terbesar berdasarkan wilayah adalah Jakarta, yang jumlahnya sekitar 10% dari total pemakai atau sekitar 491.000 orang atau 7% dari total penduduk Jakarta. Ini adalah jumlah yang terdeteksi. 
Jumlah yang tidak terdeteksi petugas atau BNN sesungguhnya masih sangat banyak. Ibarat puncak gunung es, pengguna narkotika jauh lebih besar dari yang terdeteksi. Karena cara-cara yang mereka lakukan dalam mempengaruhi generasi muda kita untuk mengonsumsi narkoba adalah dengan cara gratis terlebih dahulu dan mencari celah untuk mereka masuk ke salah satu komunitas atau kelompok. Ketika mereka mengetahui, seseorang itu sedang dirundung masalah, sedang stres atau galau. Biasanya mereka akan dengan mudah masuk untuk mulai melancarkan aksinya.
Berbagai upaya negara-negara lain saat ini untuk menghancurkan Indonesia adalah lewat narkoba. Jika generasi muda penerus bangsa ini sudah terpapar narkoba pada usia muda, maka 10 atau 20 tahun ke depan negara kita akan dipimpin oleh sumber daya manusia (SDM) pecandu narkoba.
Membangun Kepedulian
Dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini, terutama yang tinggal di kota-kota besar sudah lebih mengedepankan sikap individualis, kepedulian kita terhadap sesama semakin berkurang. Pulang dari kantor, langsung masuk rumah dan tak pernah bertegur sapa dengan tetangga. Penulis masih ingat kejadian penangkapan perampok salah satu bandar togel di Medan, dimana pelakunya berhasil ditangkap aparat kepolisian. Ketika aparat kepolisian melakukan pengembangan, ternyata pelaku utamanya adalah orang yang tinggal persis disamping rumah yang penulis kontrak, mobil yang mereka gunakan juga adalah mobil yang sering terparkir di depan rumah kontrakannya.
Kepedulian kita terhadap tetangga kiri dan kanan sudah semakin berkurang. Kadang-kadang, kita cenderung merasa lebih eksklusif agar tidak diganggu oleh siapa pun dengan membangun tembok tinggi dan bila perlu membangun jerjak besi yang terkesan seperti penjara pribadi. Contoh kasus tentang kurangnya kepedulian kita terhadap orang-orang di sekitar kita adalah kasus pemukulan dan pembantaian pembantu rumah tangga yang dilakukan Syamsul Cs. Tak seorang pun yang tahu dan perduli karena rumahnya memiliki tembok tinggi dan dipagar besi.
Narkoba sudah mempengaruhi siapa saja yang bisa terpengaruh, narkoba juga sudah merusak moral orang-orang yang berhasil dirusaknya. Ketergantungan seseorang terhadap narkoba memberi dampak negatif terhadap penggunanya. Kasus perampokan, pencurian dan kasus kejahatan lainnya adalah salah satu turunan dan dampak negatif dari ketergantungan terhadap narkoba. Ketika uang dikantong sudah menipis, tabungan habis, rumah terjual, mobil terjual, sementara keinginan untuk mengonsumsi narkoba semakin kuat, maka muncullah niat jahat untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Lantas, bagaimana sikap kita ketika mengetahui seseorang adalah pemakai atau mungkin sekaligus sebagai pengedar ? Apakah kita akan tinggal diam dan membiarkannya berkeliaran mencari mangsa baru ? Kepedulian kita untuk segera melaporkannya ke pihak yang berwajib adalah salah satu upaya untuk memutus mata rantai peredaran narkoba, paling tidak di sekitar tempat tinggal kita masing-masing.
Jika menemukan penghuni sebuah rumah yang mencurigakan, tak ada salahnya untuk melapor ke kepala lingkungan atau lurah untuk melakukan kunjungan dan silaturahmi sekadar untuk mengetahui keadaan rumah yang dicurigai. Untuk mengetahui aktivitas yang terjadi di dalam rumah tersebut.
Kita harus sepakat bahwa narkoba adalah musuh kita bersama, jangan biarkan narkoba merusak moral generasi muda kita. Merusak moral generasi muda berarti secara perlahan akan merusak moral bangsa kita secara keseluruhan. Kita harus menyatakan perang terhadap narkoba. Sikap kita yang selama ini kurang peduli dengan sesama atau tetangga tak ada salahnya untuk bertegur sapa, jika ada sesuatu hal yang mencurigakan segeralah melaporkannya ke pihak yang berwajib. Jika orang yang terpapar narkoba adalah keluarga kita sendiri, segeralah untuk menanganinya dan bila perlu melakukan rehabilitasi.
·         Penulis adalah tenaga pendidik dan peduli masalah sosial.

www.analisadaily.com