Macam-macam Fungsi Sistem Jaringan pada Tumbuhan- Sebuah sistem jaringan pada tumbuhan mengandung satu atau lebih jaringan. Satu unit sistem jaringan tersebut akan tersusun menjadi sebuah unit yang memiliki suatu fungsi. Setiap organ pada tumbuhan terdiri atas tiga sistem jaringan, yaitu sistem jaringan epidermis (jaringan pelindung), sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar (Campbell, et al, 2006: 630). Ketiga sistem jaringan ini saling berhubungan pada setiap organnya. Namun, letak serta ciri khusus sistem jaringan pada setiap organ akan berbeda-beda. Perhatikan gambar berikut, jaringan epidermis, epidermis bawah, jaringan dasar dan jaringan pembuluh.
1. Sistem Jaringan Epidermis. Epidermis berasal dari kata epi yang artinya luar atau tepi dan dermis yang artinya kulit atau lapisan. Epidermis dapat diartikan sebagai kulit terluar. Seperti pada hewan, lapisan epidermis pada tumbuhan berada di bagian luar organ yang dilapisinya. Lapisan sel epidermis tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Pada jenisjenis tumbuhan tertentu, sel-sel pada epidermis dapat bermodifikasi membentuk rambut, kelenjar, duri, atau serat. Epidermis pada beberapa jenis tumbuhan juga menyekresikan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air yang berlebihan. Lapisan lilin tersebut dinamakan kutikula. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan-jaringan lain yang berada di bawahnya. Namun demikian, ada beberapa bentuk modifikasi sel-sel epidermis yang tidak berkaitan dengan fungsi perlindungan, misalnya sebagai berikut.
Modifikasi membentuk stomata pada permukaan daun. Stomata sangat penting untuk menunjang proses respirasi dan fotosintesis.
Modifikasi membentuk lentisel, yaitu daerah di lapisan gabus dengan susunan sel yang cukup renggang. Lentisel berperan dalam pertukaran gas di batang.
Modifikasi membentuk rambut akar. Rambut akar adalah perluasan sel epidermis yang berfungsi mengoptimalkan penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.
Jaringan epidermis ini berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer seperti akar, batang daun, bunga, buah, dan biji. Epidermis tersusun atas satu lapisan sel saja. Bentuknya bermacam-macam, misalnya isodiametris yang memanjang, berlekuk-lekuk, atau menampakkan bentuk lain. Epidermis tersusun sangat rapat sehingga tidak terdapat ruangan-ruangan antarsel. Epidermis merupakan sel hidup karena masih mengandung protoplas, walaupun dalam jumlah sedikit. Terdapat vakuola yang besar di tengah dan tidak mengandung plastida.
Penebalan-penebalan yang terjadi pada membran sel epidermis biasanya merupakan penebalan sekunder yang terdiri atas selulosa yang berwujud sebagai garis-garis lamela. Pada tanaman kering (xerophita), penebalan tidak hanya mengandung selulosa saja, tetapi juga mengandung zat kitin. Selain itu, pada membran sel yang saling berhadapan dengan udara lingkungannya, umumnya penebalan semakin tebal karena adanya lapisan kutikula sehingga sel-sel epidermisnya menjadi sulit untuk dilalui air dan penguapan menjadi terbatas. Pada tumbuhan air (hidrophita), membran selnya tidak mengandung zat kitin maupun kutikula, kadang-kadang mengandung lemak dan damar.
Pada tumbuhan tertentu, lapisan epidermis selain mengandung kutikula juga mengandung lapisan lilin yang tidak dapat ditembus air. Pada tumbuhan golongan Gramineae, Cyperaceae, Equistinae, memiliki permukaan yang keras dan kaku. Ini disebabkan adanya zat-zat karbonat dan kersik pada sel-sel epidermis. Pada tumbuhan Ficus elastica terdapat hidrodermis yang bisa berfungsi sebagai tempat penyimpanan air. Sel-sel initial epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang sering disebut derivat epidermis, seperti stomata, trikoma, dan sel kipas.
1) Stomata
Stomata adalah celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan. Pada semua tumbuhan yang berwarna hijau, lapisan epidermis mengandung stomata paling banyak pada daun. Stomata terdiri atas bagian-bagian yaitu sel penutup, bagian celah, sel tetangga, dan ruang udara dalam. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukan epidermis (panerofor) atau lebih rendah dari permukaan epidermis (kriptofor) dan lebih tinggi dari permukaan epidermis (menonjol). Pada tumbuhan dikotil, sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila dilihat dari atas. Sedangkan pada tumbuhan rumput-rumputan memiliki struktur khusus dan seragam dengan sel penutup berbentuk seperti halter dan dua sel tetangga terdapat masing-masing di samping sebuah sel penutup.
2) Trikoma
Trikoma terdiri atas sel tunggal atau banyak sel. Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi tidak besar dan terbentuk dari jaringan epidermis atau di bawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk dari jaringan stele disebut spina. Peranan trikoma bagi tumbuhan, antara lain sebagai berikut.
a) Trikoma yang terdapat pada epidermis daun berfungsi untuk mengurangi penguapan.
b) Menyerap air serta garam-garam mineral.
c) Mengurangi gangguan hewan.
2. Sistem Jaringan Pembuluh. Sistem jaringan pembuluh terdiri atas jaringan xilem dan floem. Sistem jaringan ini mengangkut zat-zat ke seluruh bagian tumbuhan. Penjelasan mengenai xilem dan floem telah Anda pelajari sebelumnya. Masih ingatkah Anda fungsi xilem dan floem?
3. Sistem Jaringan Dasar. Jaringan yang tidak termasuk sistem jaringan epidermis dan sistem jaringan pembuluh, membentuk sistem jaringan dasar. Sistem jaringan dasar ini banyak mengisi bagian dalam tumbuhan muda di antara epidermis dan sistem jaringan pembuluh. Pada batang, sistem jaringan dasar yang berada di bagian dalam jaringan pembuluh disebut empulur, sedangkan di bagian luar disebut korteks. Namun, pada batang monokotil, sistem jaringan dasar tidak dibedakan atas empulur dan korteks .
Pada akar, sistem jaringan pembuluh membentuk silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh. Sistem jaringan dasar pada akar, seluruhnya berupa korteks. Bagian paling dalam korteks berupa endodermis. Jaringan endodermis membatasi korteks dengan silinder pusat. Sistem jaringan dasar pada daun disebut mesofil. Mesofil berada di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Mesofil mengandung sel parenkim dengan banyak kloroplas. Pada daun tumbuhan monokotil maupun dikotil, terdapat sistem jaringan pembuluh berupa pembuluh daun.
SEL KIPAS/BULLIFORM CELL
Sel kipas merupakan salah satu derivate dari jaringan epidermis. Oleh karena itu pada artikel ini akan di singgung terlebih dahulu sedikit tentang jaringan epidermis.
Pengertian Jaringan Epidermis
Epidermis merupakan jaringan paling luar pada setiap organ tumbuhan, misal : batang, akar, daun, dan sebagainya. Juga pada bunga, buah dan biji sebelum mengalami penebalan sekunder. Epidermis melindungi bagian dalam organ tumbuhan, sehingga disebut jaringan pelindung.
Pada Eperdermis daun, dibeberapa tempat mengalami perubahan bentuk menjadi stomata, membentuk lapisan lilin dan lapisan kutikula diatas permukaan selnya. Pada Epidermis daun dan batang, juga mengalami perubahan bentuk menjadi rambut-rambut halus (trikoma). Epidermis pada ujung akar membentuk rambut-rambut akar.
Bentuk-bentuk sel epidermis, bermacam-macam, misalnya seperti kubus/prisma, tidak teratur dari permukaan merupakan segi banyak, ada yang dindingnya berkelok-kelok tidak teratur, memanjang pada Monokotil.
Ciri-ciri epidermis:
• Letak sel rapat
• Selnya hidup
• Tidak berklorofil, kecuali sel penjaga dari stomata.
• Tidak dapat ditembus air dari luar, kecuali epidermis akar muda.
• Dapat ditembus udara.
• Dalam hal tertentu epidermis dapat menguapkan air.
Fungsi epidermis :
• Sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena adanya penguapan
• Sebagai pelindung terhadap kerusakan mekanik
• Sebagai pelindung terhadap perubahan toC
• Sebagai pelindung terhadap hilangnya zat-zat makanan
Sifat-sifat sel epidermis :
• Selnya masih hidup, susunan rapat satu sama lain, tanpa Ruang Antar Sel.
• Plasma sel merupakan selaput, melekat pada dinding sel dengan sebuah vakuola yang besar di pusat yang berisi cairan sel.
• Plastida umumnya berupa leukoplas, hanya pada beberapa tumbuhan tertentu beberapa Pteridophyta dan tumbuhan air dan tumbuhan yang hidup di tempat teduh dapat dijumpai kloroplas.
• Dinding luar yang berbatasan dengan udara luar relatif lebih tebal daripada dinding sel sebelah dalam. Dinding luar epidermis biasanya mengandung kutin (senyawa lemak) terdapat di antara / dalam ruang inter fibrilar / inter miselar selulosa.
Seperti disampaikan di atas, sel kipas merupakan suatu bangunan/alat tambahan pada epidermis yang berasal dari sel inisial yang sama dengan epidermis tertentu yang mempunyai struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis diantaranya stomac(ta), trikoma(ta), sel kipas(cell bulliform), sel kersik, velamen, litokis, dll.
Merupakan derivate epidermis yang mempunyai struktur sel yang berdinding tipis dengan vakuola yang besar dan ukuran sel lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis. Sel-sel ini terdapat di seluruh permukaan adaksial daun/berupa deretan sejajar yang terpisah di antara tulang-tulang daun.
Sel-sel ini tersusun seperti kipas dan sel pusatnya adalah yang susunannya paling tinggi. Sel kipas mengandung banyak air dan tanpa/hampir tidak mengandung kloroplas. Dindingnya terdiri dari bahan-bahan selulosa dan pektin, dinding paling luar mengandung kutin dan diselubungi kutikula. Plasma sel berupa selaput yang melekat pada dinding sel dan berfungsi menyimpan air.
Sel kipas berfungsi dalam proses pembukaan gulungan daun dalam tunas dan untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Jika udara panas, air dalam sel kipas akan menguap, sel kipas akan mengerut sehingga luas permukaan atas daun akan lebih kecil dari luas permukaan bawah. Oleh karenanya daun akan menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih lanjut. Untuk pembukaan gulungan daun, jika air dalam vakuola sel kipas bertambah maka sel akan mengembang sehingga luas permukaan atas daun akan melebar. Oleh karena itu tunas atau daun muda yang menggulung akan membuka dan tumbuh sampai menjadi dewasa. Dijumpai pada Gramineae dan anggota Monocotyledoneae yang lain, kecuali Helobiae.
MATERI KULIAH : RABU-30 November 2011
STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN :
Pengertian Jaringan :
Pengertian Jaringan Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur dan fungsi yang sama.pada awal perkembangan tumbuhan,semua sel melakukan pembelahan diri. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung pada jaringan lain selain meristem seperti pada kortek batang, tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas.Sel – sel meristem akan tumbuh dan mengalami kemampuan untuk membelah diri.jaringan ini disebut jaringan dewasa.
Macam-macam Jaringan :
Macam-macam Jaringan Jaringan Meristem (muda) Jaringan Permanen (dewasa) Jaringan meristem terdiri dari sekelompok sel yang tetap berada dalam fase pembelahan. Berdasarkan Posisinya Berdasarkan Asal -usulnya Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi. Yang termasuk jaringan permanen Jaringan pelindung (epidermis) Jaringan dasar (parenkim) Jaringan penyokong (penguat) Jaringan Pengangkut (vaskuler) Jaringan sekretoris
Jaringan Meristem Berdasarkan Posisinya :
Jaringan Meristem Berdasarkan Posisinya a. Meristem apical ; terdapat diujung pucuk utama dan pucuk lateral serta ujunga akar. b.Meristem interkalar ; terdapat diantara jaringan dewasa, contohnya meristem pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku atau family rumput – rumputan. c. Meristem lateral ; terletak sejajar dengan permukaan organ tempat ditemukannya. Contohnya adalah cambium dan cambium gabus (felogen).
Jaringan Meristem Berdasarkan Asal-usulnya :
Jaringan Meristem Berdasarkan Asal-usulnya a. Meristem primer ; sel – selnya berkembang langsung dari sel – sel embrionik (meristem apical) b. Meristem sekunder ; sel – selnya berkembang dari jaringan dewasa yang sudah mengalami diferensiasi. Contohnya adalah cambium dan cambium gabus (felogen).
Jaringan pelindung (epidermis) :
Jaringan pelindung (epidermis) Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang berada paling luar, yaitu pada permukaan organ primer tumbuhan,seperti akar,batang,daun,bunga dan buah.jaringan ini berfungsi untuk melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga jaringan epidermis disebut jaringan pelindung. Sel epidermis berkembang menjadi alat tambahan : 1. Stomata 2. Trikomata 3. Sel kipas 4. Epidermis ganda.
Jaringan dasar (parenkim) :
Jaringan dasar (parenkim) Jaringan parenkim merupakan jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup,dengan struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan proses fisiologi. Jaringan parenkim disebut jaringan dasar karena dijumpai hamper di setiap bagian tumbuhan.contohnya parenkim dijumpai diantaraepidermis dan pembuluh angkut pada akar dan batang sebagai korteks.Pada daun parenkim merupakan mesofil daun yang berdiferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang.Parenkim juga dijumpai sebagai penyimpan cadangan makanan pada buah dan biji.
Jaringan penyokong (penguat) :
Jaringan penyokong (penguat) Jaringan penyokong merupakan jaringan yang menguatkan tumbuhan.Berdasarkan bentuk dan sifatnya,jaringan penyokong dibedakan menjadi: Jaringan kolenkim Jaringan Sklerenkim.
Jaringan kolenkim :
Jaringan kolenkim Jaringan kolenkim terdiri dari sel-sel hidup yang bagian sudut dindingnya mengalami penebalan selulosa.Jaringan kolenkim mempunyai protoplas dan biasanya tidak mempunyai dinding sekunder,tetapi mempunyai sel primer yang lebih tebal dari pada sel-sel parenkim.Jaringan kolenkim membantu mengokohkan bagian tumbuhan yang masih muda.kolenkim tumbuh memanjang mengikuti daun dan akar yang disokongnya.
Jaringan Sklerenkim :
Jaringan Sklerenkim Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel-sel mati yang seluruh bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga memiliki sifat kuat.Jaringan sklerenkim hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan.Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid(sel-sel batu).
Jaringan Pengangkut (vaskuler) :
Jaringan Pengangkut (vaskuler) Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xylem dan floem.Xilem terdiri atas trakea,trakeid,serta unsur-unsur lain seperti serabut xilem dan parenkim xylem. Xilem Floem.
Xilem :
Xilem Fungsi utama dari xylem adalah untuk sirkulasi air dan mineral dari akar.Pada umumnya sel-sel penyusun xylem merupakan sel mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin,sehingga xylem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Unsur unsur xylem terdiri dari : unsur trakeal, serabut xylem Parenkim xylem.
Floem :
Floem Floem terdiri atas : unsur-unsur tapis sel pengiring parenkim floem serabut floem.
Tipe – tipe berkas pengangkut :
Tipe – tipe berkas pengangkut Tipe kolateral Tipe konsentrasi Tipe radial
Tipe kolateral :
Tipe kolateral berkas pengangkut dimana xylem dan floem terletak berdampingan. Floem berada dibagian luar dari xylem. a. Tipe kolateral terbuka ; jika antara xylem dan floem terdapat cambium, dijumpai pada Dycotiledoneae dan Gymnospermae. b. Tipe kolateral tertutup ; jika antara xylem dan floem tidak dijumpai cambium, terdapat pada Monocotyledoneae.
Tipe konsentrasi :
Tipe konsentrasi berkas pengangkut dimana xylem dikelilingi floem atau sebaliknya. a. Tipe konsentrasi amfikibral ; apabila xylem berada ditengah dan floem mengelilingi xylem, dijumpai pada tumbuhan paku. b. Tipe konsentrasi amfivasal ; apabila floem ditengah dan xylem mengelilingi floem,dijumpai pada Cyrdiline sp. Dan rizoma Acorus calamus.
Tipe radial :
Tipe radial berkas pengangkut dimana xylem dan floem letaknya bergantian menurut jari – jari lingkaran,dijumpai pada akar tumbuhan.
Jaringan sekretoris :
Jaringan sekretoris Jaringan ini dinamakan juga kelenjar internal karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Penyusun jaringan sekretoris yang penting adalah sbb : Sel kelenjar Saluran kelenjar Saluran getah
Sel kelenjar :
Sel kelenjar Sel kelenjar berasal dari parenkim dasar yang mengalami diferensiasi dan mengandung berbagai senyawa hasil metabolisme. Sel kelenjar disebut idioblas kalau bentuknya berbeda dengan sel-sel disekitarnya. Contoh : sel minyak dalam endosperma biji jarak,biji kacang,kulit kayu manis atau dalam rizoma jahe.
Saluran kelenjar :
Saluran kelenjar Saluran kelenjar terdiri dari sekelompok sel yang berdinding tipis,dengan protoplas yang kental mengelilingi suatu ruang yang berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut.Misal saluran kelenjar pada daun jeruk atau pada daun pinus.Senyawa yang dihasilkan ditimbun didalam ruang penyimpan,misalnya minyak atsiri,lender,getah dan damar.
Saluran getah :
Saluran getah Saluran getah terdiri dari sel-sel yang mengalami fungsi membentuk suatu system jaringan yang menembus jaringan-jaringan lain dalam tubuh.Sel-sel tersebut berisi getah.contohnya pada beringin,ketela rambut dan karet.
ORGAN PADA TUMBUHAN :
Tumbuhan memiliki bermacam-macam organ yang tersusun atas beberapa jaringan tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, organ pada tumbuhan dibedakan menjadi organ sebagai alat hara (orgnna nutritiaum), dan organ reproduksi (organa reproductikum). Alat hara meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan organ reproduksi berupa putik dan benang sari yang terdapat pada bunga.
1. Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar adventitif berkembang dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain seperti dari daun dan batang.
Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dan gimnospermae, sistem perakaran berupa akar tunggang yang memiliki satu akar pokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan monokotil berupa akar serabut, yang berupa rambut dan berukuran relatif sama.
Pada irisan membujur akar akan terlihat bagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung akar. Ujung akar ditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke arah atas, terdapat zona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem apikal dan turunannya yang disebut meristem primer. Menuju ke atas, zona pembelahan menyatu dengan zona pemanjangan. Pada zona pemanjangan, sel-sel memanjang sampai sepuluh kali panjang semula, pemanjangan sel ini berguna untuk mendorong ujung akar (termasuk meristem) kedepan. Semakin keatas , zona pemanjangan akan bergabung dengan zona pematangan. Pada zona pematangan, sel – sel jaringan akar menyelesaikan dan menyempurnakan diferensiasinya.
Apabila kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan jaringan penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele (silinder pusat).
Lapisan terluar dari akar adalah epidermis yang tersusun atas sel –sel yang tersusun rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berdinding tipis, dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding sel epidermis tersusun dari bahan selulosa dan pectin yang menyerap air. Epidermis akar biasanya satu lapis. PErmukaan sel epidermis sebelah luar membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar.
Korteks akar terutama terdiri atas jaringan parenkim yang relative renggang dan sedikit jaringan penyokongnya. Di sebelah dalam lapisan epidermis sering terdapat selapis atau beberapa lapis sel membentuk jaringan padat yang disebut hipodermis atau eksodermis yang dinding selnya mengandung suberin dan lignin.
Di sebelah dalam korteks terdapat selapis sel yang bersambung membentuk silinder dan memisahkan korteks dari slinder berkas pengangkut di sebelah dalamnya. Lapisan ini disebut endodermis. Sel-sel endodermis membentuk pita kaspari, yaitu penebalan dari suberin dan lignin pada sisi radial. Akibat adanya penebalan ini, larutan tidak bisa menembusnya.
Silinder pusat akar (stele) tersusun atas berkas pengangkut. Bagian ini dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Bagian luar yang berbatasan dengan endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel parenki berdinding tipis dan mempunyai potensi meristematik, sehingga sering disebut sebagai perikambium. Peranan perisikel terutama sebagai awal terbentuknya cabang akar tempat terjadinya kambium vaskuler, kambium gabus dan berperan dalam proses penebalan akar. sebelah dalam perisikel terdapat berkas pengangkut xilem dan floem. Xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang, sedangkan pada tumbuhan monokotil, xilem dan floem letaknya berselang-seling.
2. Batang
Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat cambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil.
Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan sekunder.
Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan sekunder tumbuhan dikotil, yaitu:
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
Empulur batang tersusun atas jaringan parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Empulur mempunyai ruang antarsel yang nyata dan tersusun atas perikambium yang disebut perisikel. Perikambium dibatasi oleh floem primer di sebelah dalam dan endodermis di sebelah luarnya. Jari-jari empulur berupa pita radier yang terdiri atas sederet sel,
mulai dari empulur sampai dengan floem. Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil, jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.
3. Daun
Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari: bentuk tulang daun (menvirip, menjari, melengkung, dan sejajar); bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai,
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik).
Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut.
Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata. Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.
Bagian tengah dari struktur anatomi daun juga dapat kita jumpai jaringan parenkim yang menyusun mesofil daun dan terdiri atas parenkim palisade (parenkim pagar / jaringan tiang) dan parenkim spons (parenkim bunga karang. Parenkim palisade terdiri atas sel – sel yang memanjang di sel –sel bulat dan pada bagian ini banyak terdapat ruang antar sel sebagai tempat pertukaran gas selama fotosintesis berlangsung.
Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun. Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.
4. Bunga
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. |ika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi
dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang
lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari).
Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).
Pengertian Jaringan :
Pengertian Jaringan Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur dan fungsi yang sama.pada awal perkembangan tumbuhan,semua sel melakukan pembelahan diri. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung pada jaringan lain selain meristem seperti pada kortek batang, tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas.Sel – sel meristem akan tumbuh dan mengalami kemampuan untuk membelah diri.jaringan ini disebut jaringan dewasa.
Macam-macam Jaringan :
Macam-macam Jaringan Jaringan Meristem (muda) Jaringan Permanen (dewasa) Jaringan meristem terdiri dari sekelompok sel yang tetap berada dalam fase pembelahan. Berdasarkan Posisinya Berdasarkan Asal -usulnya Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi. Yang termasuk jaringan permanen Jaringan pelindung (epidermis) Jaringan dasar (parenkim) Jaringan penyokong (penguat) Jaringan Pengangkut (vaskuler) Jaringan sekretoris
Jaringan Meristem Berdasarkan Posisinya :
Jaringan Meristem Berdasarkan Posisinya a. Meristem apical ; terdapat diujung pucuk utama dan pucuk lateral serta ujunga akar. b.Meristem interkalar ; terdapat diantara jaringan dewasa, contohnya meristem pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku atau family rumput – rumputan. c. Meristem lateral ; terletak sejajar dengan permukaan organ tempat ditemukannya. Contohnya adalah cambium dan cambium gabus (felogen).
Jaringan Meristem Berdasarkan Asal-usulnya :
Jaringan Meristem Berdasarkan Asal-usulnya a. Meristem primer ; sel – selnya berkembang langsung dari sel – sel embrionik (meristem apical) b. Meristem sekunder ; sel – selnya berkembang dari jaringan dewasa yang sudah mengalami diferensiasi. Contohnya adalah cambium dan cambium gabus (felogen).
Jaringan pelindung (epidermis) :
Jaringan pelindung (epidermis) Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang berada paling luar, yaitu pada permukaan organ primer tumbuhan,seperti akar,batang,daun,bunga dan buah.jaringan ini berfungsi untuk melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga jaringan epidermis disebut jaringan pelindung. Sel epidermis berkembang menjadi alat tambahan : 1. Stomata 2. Trikomata 3. Sel kipas 4. Epidermis ganda.
Jaringan dasar (parenkim) :
Jaringan dasar (parenkim) Jaringan parenkim merupakan jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup,dengan struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan proses fisiologi. Jaringan parenkim disebut jaringan dasar karena dijumpai hamper di setiap bagian tumbuhan.contohnya parenkim dijumpai diantaraepidermis dan pembuluh angkut pada akar dan batang sebagai korteks.Pada daun parenkim merupakan mesofil daun yang berdiferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang.Parenkim juga dijumpai sebagai penyimpan cadangan makanan pada buah dan biji.
Jaringan penyokong (penguat) :
Jaringan penyokong (penguat) Jaringan penyokong merupakan jaringan yang menguatkan tumbuhan.Berdasarkan bentuk dan sifatnya,jaringan penyokong dibedakan menjadi: Jaringan kolenkim Jaringan Sklerenkim.
Jaringan kolenkim :
Jaringan kolenkim Jaringan kolenkim terdiri dari sel-sel hidup yang bagian sudut dindingnya mengalami penebalan selulosa.Jaringan kolenkim mempunyai protoplas dan biasanya tidak mempunyai dinding sekunder,tetapi mempunyai sel primer yang lebih tebal dari pada sel-sel parenkim.Jaringan kolenkim membantu mengokohkan bagian tumbuhan yang masih muda.kolenkim tumbuh memanjang mengikuti daun dan akar yang disokongnya.
Jaringan Sklerenkim :
Jaringan Sklerenkim Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel-sel mati yang seluruh bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga memiliki sifat kuat.Jaringan sklerenkim hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan.Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid(sel-sel batu).
Jaringan Pengangkut (vaskuler) :
Jaringan Pengangkut (vaskuler) Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xylem dan floem.Xilem terdiri atas trakea,trakeid,serta unsur-unsur lain seperti serabut xilem dan parenkim xylem. Xilem Floem.
Xilem :
Xilem Fungsi utama dari xylem adalah untuk sirkulasi air dan mineral dari akar.Pada umumnya sel-sel penyusun xylem merupakan sel mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin,sehingga xylem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Unsur unsur xylem terdiri dari : unsur trakeal, serabut xylem Parenkim xylem.
Floem :
Floem Floem terdiri atas : unsur-unsur tapis sel pengiring parenkim floem serabut floem.
Tipe – tipe berkas pengangkut :
Tipe – tipe berkas pengangkut Tipe kolateral Tipe konsentrasi Tipe radial
Tipe kolateral :
Tipe kolateral berkas pengangkut dimana xylem dan floem terletak berdampingan. Floem berada dibagian luar dari xylem. a. Tipe kolateral terbuka ; jika antara xylem dan floem terdapat cambium, dijumpai pada Dycotiledoneae dan Gymnospermae. b. Tipe kolateral tertutup ; jika antara xylem dan floem tidak dijumpai cambium, terdapat pada Monocotyledoneae.
Tipe konsentrasi :
Tipe konsentrasi berkas pengangkut dimana xylem dikelilingi floem atau sebaliknya. a. Tipe konsentrasi amfikibral ; apabila xylem berada ditengah dan floem mengelilingi xylem, dijumpai pada tumbuhan paku. b. Tipe konsentrasi amfivasal ; apabila floem ditengah dan xylem mengelilingi floem,dijumpai pada Cyrdiline sp. Dan rizoma Acorus calamus.
Tipe radial :
Tipe radial berkas pengangkut dimana xylem dan floem letaknya bergantian menurut jari – jari lingkaran,dijumpai pada akar tumbuhan.
Jaringan sekretoris :
Jaringan sekretoris Jaringan ini dinamakan juga kelenjar internal karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Penyusun jaringan sekretoris yang penting adalah sbb : Sel kelenjar Saluran kelenjar Saluran getah
Sel kelenjar :
Sel kelenjar Sel kelenjar berasal dari parenkim dasar yang mengalami diferensiasi dan mengandung berbagai senyawa hasil metabolisme. Sel kelenjar disebut idioblas kalau bentuknya berbeda dengan sel-sel disekitarnya. Contoh : sel minyak dalam endosperma biji jarak,biji kacang,kulit kayu manis atau dalam rizoma jahe.
Saluran kelenjar :
Saluran kelenjar Saluran kelenjar terdiri dari sekelompok sel yang berdinding tipis,dengan protoplas yang kental mengelilingi suatu ruang yang berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut.Misal saluran kelenjar pada daun jeruk atau pada daun pinus.Senyawa yang dihasilkan ditimbun didalam ruang penyimpan,misalnya minyak atsiri,lender,getah dan damar.
Saluran getah :
Saluran getah Saluran getah terdiri dari sel-sel yang mengalami fungsi membentuk suatu system jaringan yang menembus jaringan-jaringan lain dalam tubuh.Sel-sel tersebut berisi getah.contohnya pada beringin,ketela rambut dan karet.
ORGAN PADA TUMBUHAN :
Tumbuhan memiliki bermacam-macam organ yang tersusun atas beberapa jaringan tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, organ pada tumbuhan dibedakan menjadi organ sebagai alat hara (orgnna nutritiaum), dan organ reproduksi (organa reproductikum). Alat hara meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan organ reproduksi berupa putik dan benang sari yang terdapat pada bunga.
1. Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar adventitif berkembang dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain seperti dari daun dan batang.
Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dan gimnospermae, sistem perakaran berupa akar tunggang yang memiliki satu akar pokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan monokotil berupa akar serabut, yang berupa rambut dan berukuran relatif sama.
Pada irisan membujur akar akan terlihat bagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung akar. Ujung akar ditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke arah atas, terdapat zona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem apikal dan turunannya yang disebut meristem primer. Menuju ke atas, zona pembelahan menyatu dengan zona pemanjangan. Pada zona pemanjangan, sel-sel memanjang sampai sepuluh kali panjang semula, pemanjangan sel ini berguna untuk mendorong ujung akar (termasuk meristem) kedepan. Semakin keatas , zona pemanjangan akan bergabung dengan zona pematangan. Pada zona pematangan, sel – sel jaringan akar menyelesaikan dan menyempurnakan diferensiasinya.
Apabila kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan jaringan penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele (silinder pusat).
Lapisan terluar dari akar adalah epidermis yang tersusun atas sel –sel yang tersusun rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berdinding tipis, dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding sel epidermis tersusun dari bahan selulosa dan pectin yang menyerap air. Epidermis akar biasanya satu lapis. PErmukaan sel epidermis sebelah luar membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar.
Korteks akar terutama terdiri atas jaringan parenkim yang relative renggang dan sedikit jaringan penyokongnya. Di sebelah dalam lapisan epidermis sering terdapat selapis atau beberapa lapis sel membentuk jaringan padat yang disebut hipodermis atau eksodermis yang dinding selnya mengandung suberin dan lignin.
Di sebelah dalam korteks terdapat selapis sel yang bersambung membentuk silinder dan memisahkan korteks dari slinder berkas pengangkut di sebelah dalamnya. Lapisan ini disebut endodermis. Sel-sel endodermis membentuk pita kaspari, yaitu penebalan dari suberin dan lignin pada sisi radial. Akibat adanya penebalan ini, larutan tidak bisa menembusnya.
Silinder pusat akar (stele) tersusun atas berkas pengangkut. Bagian ini dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Bagian luar yang berbatasan dengan endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel parenki berdinding tipis dan mempunyai potensi meristematik, sehingga sering disebut sebagai perikambium. Peranan perisikel terutama sebagai awal terbentuknya cabang akar tempat terjadinya kambium vaskuler, kambium gabus dan berperan dalam proses penebalan akar. sebelah dalam perisikel terdapat berkas pengangkut xilem dan floem. Xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang, sedangkan pada tumbuhan monokotil, xilem dan floem letaknya berselang-seling.
2. Batang
Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat cambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil.
Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan sekunder.
Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan sekunder tumbuhan dikotil, yaitu:
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
Empulur batang tersusun atas jaringan parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Empulur mempunyai ruang antarsel yang nyata dan tersusun atas perikambium yang disebut perisikel. Perikambium dibatasi oleh floem primer di sebelah dalam dan endodermis di sebelah luarnya. Jari-jari empulur berupa pita radier yang terdiri atas sederet sel,
mulai dari empulur sampai dengan floem. Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil, jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.
3. Daun
Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari: bentuk tulang daun (menvirip, menjari, melengkung, dan sejajar); bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai,
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik).
Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut.
Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata. Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.
Bagian tengah dari struktur anatomi daun juga dapat kita jumpai jaringan parenkim yang menyusun mesofil daun dan terdiri atas parenkim palisade (parenkim pagar / jaringan tiang) dan parenkim spons (parenkim bunga karang. Parenkim palisade terdiri atas sel – sel yang memanjang di sel –sel bulat dan pada bagian ini banyak terdapat ruang antar sel sebagai tempat pertukaran gas selama fotosintesis berlangsung.
Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun. Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.
4. Bunga
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. |ika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi
dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang
lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari).
Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).
DRAF PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN
KONSEP PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM
JUDUL : ANATOMI DAUN
TUJUAN :
a. Mengidentifikasi anatomi daun gymnospermae, monokotil dan dikotil.
b. Menjelaskan fungsi masing-masing struktur anatomi daun.
c. Membandingkan anatomi daun gymnospermae, monokotil dan dikotil.
HARI/TANGGALPRAKTIKUM : Rabu, 16 November 2011
KELOMPOK :
NAMA-NAMA KELOMPOK :
TEORI DASAR
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekkatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang. (Gembong Tjitrosoepomo)
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada epidermis terdapat
stoma atau mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
Epidermis berfungsi untuk pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas. Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil, kutikula tipis, stomata umumnya tidak ada. Pada tumbuhan air yang terapung letak stomata pada permukaan atas. Daun yang terendam air termodifikasi menjadi bentuk silindris untuk meminimalkan arus air yang melewati daun mencegah koyaknya daun. (Estiti B. Hidayat)
2. Parenkim/Mesofil
Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga karang.
Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan. (Tri Wahyu Agustina)
3. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Ikatan pembuluh daun disebut tulang daun. Pada daun bertulang jala umumnya terrdapat satu ibu tulang daun di tengah dan akan bercabang-cabang menjadi lebih kecil. Pada daun bertulang sejajar terdapat beberapa tulang daun yang sama tebalnya, dan letaknya sejajar panjang daun dan bertemu di ujung distal. Tulang daun tengah dapat mempunyai ikatan pembuluh besar atau dapat pula terpisah menjadi beberapa ikatan pembuluh kecil. Di sebelah atas dan bawah jaringan pembuluh itu terdapat parenkim yang sering disertai oleh kolenkim di tepi. Penambahan jaringan seperti itu mengakibatkan tulang daun tengah itu agak tersembul di atas permukaan helai daun. Ikatan pembuluh kecil dalam mesofil dikelilingi oleh satu atau dua lapis sel tersusun rapat yang bersama-sama membentuk seludang pembuluh. (Tim Dosen Pendidikan Biologi)
Ada beberapa fungsi atau manfaat daun bagi tumbuhan, antara lain :
1. Tempat Terjadinya Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
2. Sebagai Organ Pernapasan atau Respirasi
Stomata berfungsi sebagai organ respirasi. Stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stomata ibarat hidung kita dimana stomata mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stomata terletak di epidermis bawah. Selain stomata, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
3. Tempat Terjadinya Transpirasi
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.
4. Tempat Terjadinya Gutasi
Gutasi adalah proses pelepasan air dari jaringan daun dalam bentuk cair. Gutasi terjadi melalui lubang-lubang pengeluaran yang terdapat pada bagian tepi daun sebagai bagian dari proses pengeluaran kelebihan air sebagai sisa metabolisme, khususnya pada saat pengeluaran dengan cara transpirasi (penguapan) tidak efektif, misalnya pada malam hari. Gutasi dapat diamati pada pagi hari dan dapat disalahartikan sebagai embun. Ia terlihat sebagai tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur, sesuai dengan lokasi lubang pengeluaran.
5. Alat Perkembangbiakkan Vegetatif
Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan. Perkembangbiakan dengan membelah diri biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah, bersel satu (protozoa), misalnya : amoeba dan paramaecium. Pembelahan diri biner jika terjadi pembelahan individu menjadi 2 individu baru, dan disebut pembelahan diri multipel (perkembangbiakan dengan spora) jika pembelahan individu menjadi banyak individu, misalnya: plasmanium.
CARA KERJA
Melakukan pengamatan terhadap beberapa jenis daun tanaman monokotil dan dikotil (minimal 2 tanaman setiap jenis) kemudian menggambar daunnya secara keseluruhan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tuliskan hasil pengamatanmu terhadap beberapa jenis daun yang diamati sesuai dengan jenis-jenis daun yang ada.
KESIMPULAN
Buatlah kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan dan pembahasan. Contoh seperti tertulis dibawah ini :
Tumbuhan dikotil memiliki berkas pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem yang letaknya teratur, dan di antara xylem dan floem terdapat kambium. Sedangkan tumbuhan monokotil berkas pembuluhnya terdiri dari xilem dan floem yang letaknya tidak teratur, serta tidak di jumpai kambium. Pada Daun Gymnospermae dijumpai struktur yang khas yaitu terdapat saluran resin, dan hanya memiliki 1 sampai 2 berkas pembuluh.
SARAN
Perlu melakukan pengamatan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tim Dosen Pendidikan Biologi. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Agustina, Tri Wahyu. 2010. Materi Ppokok Ajar Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Sutrian, yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan tentang Sel dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka cipta.
JUDUL : ANATOMI DAUN
TUJUAN :
a. Mengidentifikasi anatomi daun gymnospermae, monokotil dan dikotil.
b. Menjelaskan fungsi masing-masing struktur anatomi daun.
c. Membandingkan anatomi daun gymnospermae, monokotil dan dikotil.
HARI/TANGGALPRAKTIKUM : Rabu, 16 November 2011
KELOMPOK :
NAMA-NAMA KELOMPOK :
TEORI DASAR
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekkatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang. (Gembong Tjitrosoepomo)
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada epidermis terdapat
stoma atau mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
Epidermis berfungsi untuk pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas. Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil, kutikula tipis, stomata umumnya tidak ada. Pada tumbuhan air yang terapung letak stomata pada permukaan atas. Daun yang terendam air termodifikasi menjadi bentuk silindris untuk meminimalkan arus air yang melewati daun mencegah koyaknya daun. (Estiti B. Hidayat)
2. Parenkim/Mesofil
Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga karang.
Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan. (Tri Wahyu Agustina)
3. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Ikatan pembuluh daun disebut tulang daun. Pada daun bertulang jala umumnya terrdapat satu ibu tulang daun di tengah dan akan bercabang-cabang menjadi lebih kecil. Pada daun bertulang sejajar terdapat beberapa tulang daun yang sama tebalnya, dan letaknya sejajar panjang daun dan bertemu di ujung distal. Tulang daun tengah dapat mempunyai ikatan pembuluh besar atau dapat pula terpisah menjadi beberapa ikatan pembuluh kecil. Di sebelah atas dan bawah jaringan pembuluh itu terdapat parenkim yang sering disertai oleh kolenkim di tepi. Penambahan jaringan seperti itu mengakibatkan tulang daun tengah itu agak tersembul di atas permukaan helai daun. Ikatan pembuluh kecil dalam mesofil dikelilingi oleh satu atau dua lapis sel tersusun rapat yang bersama-sama membentuk seludang pembuluh. (Tim Dosen Pendidikan Biologi)
Ada beberapa fungsi atau manfaat daun bagi tumbuhan, antara lain :
1. Tempat Terjadinya Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
2. Sebagai Organ Pernapasan atau Respirasi
Stomata berfungsi sebagai organ respirasi. Stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stomata ibarat hidung kita dimana stomata mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stomata terletak di epidermis bawah. Selain stomata, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
3. Tempat Terjadinya Transpirasi
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.
4. Tempat Terjadinya Gutasi
Gutasi adalah proses pelepasan air dari jaringan daun dalam bentuk cair. Gutasi terjadi melalui lubang-lubang pengeluaran yang terdapat pada bagian tepi daun sebagai bagian dari proses pengeluaran kelebihan air sebagai sisa metabolisme, khususnya pada saat pengeluaran dengan cara transpirasi (penguapan) tidak efektif, misalnya pada malam hari. Gutasi dapat diamati pada pagi hari dan dapat disalahartikan sebagai embun. Ia terlihat sebagai tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur, sesuai dengan lokasi lubang pengeluaran.
5. Alat Perkembangbiakkan Vegetatif
Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan. Perkembangbiakan dengan membelah diri biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah, bersel satu (protozoa), misalnya : amoeba dan paramaecium. Pembelahan diri biner jika terjadi pembelahan individu menjadi 2 individu baru, dan disebut pembelahan diri multipel (perkembangbiakan dengan spora) jika pembelahan individu menjadi banyak individu, misalnya: plasmanium.
CARA KERJA
Melakukan pengamatan terhadap beberapa jenis daun tanaman monokotil dan dikotil (minimal 2 tanaman setiap jenis) kemudian menggambar daunnya secara keseluruhan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tuliskan hasil pengamatanmu terhadap beberapa jenis daun yang diamati sesuai dengan jenis-jenis daun yang ada.
KESIMPULAN
Buatlah kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan dan pembahasan. Contoh seperti tertulis dibawah ini :
Tumbuhan dikotil memiliki berkas pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem yang letaknya teratur, dan di antara xylem dan floem terdapat kambium. Sedangkan tumbuhan monokotil berkas pembuluhnya terdiri dari xilem dan floem yang letaknya tidak teratur, serta tidak di jumpai kambium. Pada Daun Gymnospermae dijumpai struktur yang khas yaitu terdapat saluran resin, dan hanya memiliki 1 sampai 2 berkas pembuluh.
SARAN
Perlu melakukan pengamatan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tim Dosen Pendidikan Biologi. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Agustina, Tri Wahyu. 2010. Materi Ppokok Ajar Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Sutrian, yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan tentang Sel dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka cipta.
ANATOMI TUMBUHAN
Anatomi tumbuhan atau fitotomi adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda. Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan:
Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya; Histologi, mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya; dan Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.
Morfologi tumbuhan juga sering kali dikaji bersama-sama dengan anatomi tumbuhan.
A. AKAR
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
Akar serabut : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
Akar tunggang : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Anatomi akar terdiri dari:
Kambium : lapisan sel hidup pada tumbuhan yang aktif membelah berfungsi untuk memperbesar batang, terletak di antara kulit dan kayu.
Pembuluh tapis (floem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan berlubang – lubang halus sehingga membentuk pembuluh. Fungsinya untuk mengangkut zat makanan dari akar keseluruh tubuh tumbuhan.
Pembuluh kayu (xylem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan menyatu. Fungsinya untuk menyalurkan air yang mengandung mineral dari akar ke daun dan bagian lain tubuh.
B. BATANG
Batang tumbuhan mempunyai bentuk berbeda – beda. Pada umumnya batang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Batang Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya besar, tinggi, dan bercabang – cabang. Daun tumbuhan ini biasanya rimbun. Contohnya : mangga, jati, pohon jambu, dan lainnya.
Batang Tidak Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya tidak terlalu tinggi dan daunnya menempel pada batang. Contohnya : jagung dan tebu.
Batang Semu
Tumbuhan jenis ini berupa pelepah – pelepah yang membentuk batang. Contohnya : pisang. Keterangan struktur anatomi batang, yaitu :
Epidermis : epidermis batang mempunyai sel – sel silika dan sel – sel gabus, misalnya pada batang tebu (Saccharum officinarum), dan kadang – kadang di lapisi oleh sel kutikula.
Periderm : selaput luar epidermis yang terdapat di sekeliling mulut membentuk tonjolan berbentuk piala.
Kortek : lapisan luar suatu organ, pada tumbuhan di bawah epidermis sebelah luar silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkim.
Floem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
Floem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
Kambium : lapisan sel hidup terletak di kulit dan kayu, yang membuat jaringan kayu baru ke sebelah dalam dan membuat jaringan kulit baru ke sebelah luar. Fungsinya untuk memperbesar batang.
Xylem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
Xylem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
C. DAUN
Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Bentuk daun dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
ø Bentuk bulat atau bundar : teratai besar.
ø Bentuk perisai : daun jarak.
ø Bentuk jorong : daun nangka dan nyamplung.
ø Bentuk memanjang : daun sirkaya dan sirsak.
ø Bentuk lanset : daun kamboja.
Keterangan gambar anatomi daun, yaitu :
Epidermis terbagi atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis berfungsi melindungi jaringan di bawahnya. Jaringan palisade atau jaringan tiang adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis
Jaringan spons atau jaringan bunga karang yang berongga. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.Berkas pembuluh angkut yang terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Kemudian stoma akan mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
D. BUNGA
Mahkota bunga : untuk memikat serangga yang menolong penyerbukan.
Benang sari : merupakan alat kelamin jantan pada tumbuhan, mengandung tepung sari.
Kelopak : pembungkus bunga selagi kuncup.
Putik : alat kelamin betina pada tumbuhan, yang akan menjadi bakal buah.
Dasar bunga : terletak di pangkal bunga, tempat melekatnya perhiasan bunga dan alat pembiakan.
Tangkai bunga : tempat melekatnya bunga.
E. BUAH
Buah merupakan perkembangan dinding bakal buah dan terkadang juga bagian – bagian bunga lainnya. Buah terdiri atas kulit buah, daging buah dan biji.
F. BIJI
Keterangan struktur anatomi biji, yaitu :
Kulit biji : terletak di bagian luar biji dan melapisi seluruh bagian biji.
Hipokotil : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
Radikula : bagian terminal (ujung).
Epikotil : bagian atas pangkal.
Plumula : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
Kotiledon : bagian cadangan makanan.
Perbedaan Anatomi Monokotil dan Dikotil
Anatomi tumbuhan atau fitotomi adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda. Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan:
Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya; Histologi, mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya; dan Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.
Morfologi tumbuhan juga sering kali dikaji bersama-sama dengan anatomi tumbuhan.
A. AKAR
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
Akar serabut : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
Akar tunggang : Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Anatomi akar terdiri dari:
Kambium : lapisan sel hidup pada tumbuhan yang aktif membelah berfungsi untuk memperbesar batang, terletak di antara kulit dan kayu.
Pembuluh tapis (floem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan berlubang – lubang halus sehingga membentuk pembuluh. Fungsinya untuk mengangkut zat makanan dari akar keseluruh tubuh tumbuhan.
Pembuluh kayu (xylem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan menyatu. Fungsinya untuk menyalurkan air yang mengandung mineral dari akar ke daun dan bagian lain tubuh.
B. BATANG
Batang tumbuhan mempunyai bentuk berbeda – beda. Pada umumnya batang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Batang Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya besar, tinggi, dan bercabang – cabang. Daun tumbuhan ini biasanya rimbun. Contohnya : mangga, jati, pohon jambu, dan lainnya.
Batang Tidak Berkayu
Tumbuhan jenis ini biasanya tidak terlalu tinggi dan daunnya menempel pada batang. Contohnya : jagung dan tebu.
Batang Semu
Tumbuhan jenis ini berupa pelepah – pelepah yang membentuk batang. Contohnya : pisang. Keterangan struktur anatomi batang, yaitu :
Epidermis : epidermis batang mempunyai sel – sel silika dan sel – sel gabus, misalnya pada batang tebu (Saccharum officinarum), dan kadang – kadang di lapisi oleh sel kutikula.
Periderm : selaput luar epidermis yang terdapat di sekeliling mulut membentuk tonjolan berbentuk piala.
Kortek : lapisan luar suatu organ, pada tumbuhan di bawah epidermis sebelah luar silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkim.
Floem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
Floem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
Kambium : lapisan sel hidup terletak di kulit dan kayu, yang membuat jaringan kayu baru ke sebelah dalam dan membuat jaringan kulit baru ke sebelah luar. Fungsinya untuk memperbesar batang.
Xylem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
Xylem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
C. DAUN
Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Bentuk daun dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
ø Bentuk bulat atau bundar : teratai besar.
ø Bentuk perisai : daun jarak.
ø Bentuk jorong : daun nangka dan nyamplung.
ø Bentuk memanjang : daun sirkaya dan sirsak.
ø Bentuk lanset : daun kamboja.
Keterangan gambar anatomi daun, yaitu :
Epidermis terbagi atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis berfungsi melindungi jaringan di bawahnya. Jaringan palisade atau jaringan tiang adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis
Jaringan spons atau jaringan bunga karang yang berongga. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.Berkas pembuluh angkut yang terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Kemudian stoma akan mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
D. BUNGA
Mahkota bunga : untuk memikat serangga yang menolong penyerbukan.
Benang sari : merupakan alat kelamin jantan pada tumbuhan, mengandung tepung sari.
Kelopak : pembungkus bunga selagi kuncup.
Putik : alat kelamin betina pada tumbuhan, yang akan menjadi bakal buah.
Dasar bunga : terletak di pangkal bunga, tempat melekatnya perhiasan bunga dan alat pembiakan.
Tangkai bunga : tempat melekatnya bunga.
E. BUAH
Buah merupakan perkembangan dinding bakal buah dan terkadang juga bagian – bagian bunga lainnya. Buah terdiri atas kulit buah, daging buah dan biji.
F. BIJI
Keterangan struktur anatomi biji, yaitu :
Kulit biji : terletak di bagian luar biji dan melapisi seluruh bagian biji.
Hipokotil : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
Radikula : bagian terminal (ujung).
Epikotil : bagian atas pangkal.
Plumula : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
Kotiledon : bagian cadangan makanan.
Perbedaan Anatomi Monokotil dan Dikotil
MATERI KULIAH RABU, 12 OKTOBER 2011
Materi Kuliah MEKANISASI PERTANIAN
RABU, 12 Oktober 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN (James P Pardede, SP)
Mekanisasi pertanian adalah aplikasi mekanis berupa mesin atau alat pada proses produksi pertanian (dalam arti luas) baik on-farm maupun off-farm. Mekanisasi pertanian di Indonesia telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Mekanisasi pertanian yang tepat berperan sangat signifikan untuk peningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian serta pengolahannya. Mekanisasi pertanian mencakup keuntungan efisiensi, efektifitas, kualitas dan produktifitas pertanian. Kemudian berdampak sistemik pada kesejahteraan petani dan pemenuhan kebutuhan pangan , energi dan bahan produksi masyarakat.
Penerapan Mekanisasi Pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1. Ekonomi
Ekonomi adalah faktor yang paling diprioritaskan oleh petani dalam memutuskan pengunaan mesin pertanian (Al-Haq, 2009). Petani secara sendiri-sendiri merasa belum mampu dalam investasi alat dan mesin pertanian (jika mereka belum merasa sangat membutuhkannya). Hal ini tentu tidak akan terlalu berat jika kelembagaan kelompok tani, koperasi, ataupun Unit Pelayanan Jasa Alsintan masih banyak yang aktif. Karena dengan mengelompok, maka kemampuan beli petani serta biaya pemeliharaan akan terjangkau. Yang menjadi permasalahan adalah, pasca orde baru kelembagaan UPJA, KUD banyak yang bubar dan sampai saat ini banyak yang belum dibangun. Akhirnya alat mesin pertanian hanya dikuasai oleh petani kaya atau rentenir saja. Sebenarnya, dalam jangka panjang, ketika biaya variabel dapat menurun karena efisiensi waktu dan beberapa komponen biaya seperti tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan pemasukan hasil penjualan karena produktifitas naik, maka secara otomatis besarnya biaya pokok akan turun dan pendapatan petani akan meningkat. Ini jika saja alsintan dapat digunakan.
2. Teknis (Teknologi)
Hasil penelitian pada studi kasus alat mesin perontok padi, di lapangan ditemukan banyak sekali alat mesin hasil penyebaran proyek pemerintah yang tidak dapat digunakan karena bahannya sangat mudah rusak. Ini dikarenakan oleh “proyektor” yang nakal alias Makelar Proyek. Proyek dilakukan asal jalan dan menghabiskan anggran saja (sebab jika anggaran tidak habis, tahun depan kecil kemungkinan akan diberi lagi). Akhirnya alsintan diproduksi dengan asal-asalan. Ini jelas sangat merugikan petani.
3. Fungsional
Banyak data yang menyebutkan kapasitas suatu alsintan tinggi. Studi kasus pada alat perontok padi pedal thresher buatan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian yang menurut data dijelaskan kapasitas 100 kg/jam. Namun faktanya, 25 kg/jam saja sulit, dan petani memilih menggunakan manual karena lebih mudah. Penelitian-penelitian dan percobaan kapasitas tidak dinormalisasi terlebih dahulu. Kapasitas 100 kg mungkin jika digunakan oleh petani yang sudah terbiasa, namun bagi yang belum terbiasa, akan sulit. Disinilah perlunya pembiasaan penggunaan alsintan (teknologi baru).
4. Ergonomi
Beberapa alsintan dirasakan petani tidak ergonomis. Hal ini disebabkan alsintan hanya diasopsi, bukan diadaptasi. Alsintan dari luar apalagi impor tentunya secara ergonomi belum tentu sesuai dengan antropometri masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Disinilah diperlukan adaptasi dan modifikasi alsintan agar sesuai dengan kondisi masyarakat di setiap daerah di Indonesia.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Pekerjaan yang tidak tersentuk aspek kesehatan dan keselamatan adalah pertanian subsistem petani kecil. Berbeda dengan industri non-pertanian yang sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Kalaupun ada, K3 hanya dilakukan pada perusahan pertanian level besar. Sedangkan petani kecil di lahan tidak pernah diprioritaskan menggunakan sepatu but ketika ke lahan, menggunakan masker ketika menyemprot pestisida, petani cenderung tak berpakaian lengkap ketika bekerja. Padahal resiko kecelakaan kerja di lahan sangat besar. Pemerintahpun belum menuju kea rah sana sepertinya. Jika sudah seperti ini, pertanian terus dianggap pekerjaan yang rendahan. Padahal jika alsintan akan dikembangkan, maka aspek K3 harus disertakan karena resiko kesehatan dan keselamatan pada saat menggunakan alat mesin lebih besar dibandingkan manual.
6. Kondisi lapangan (Faktor Alam)
Mekanisasi pertanian terhambat oleh kondisi lahan petani Indonesia yang hanya 0,2 ha/orang. Kondisi ini dipersulit lagi dengan ketidakkompakan petani dalam menanam dan masa tanam. Teringat dulu ketika orde baru petani sangat kompak dalam menanam dan masa tanam. Padahal jika saat inipun petani kompak dalam masa tanam, maka luasan tanah yang 0,2 ha bisa menjadi 2-3 ha, di mana alsintan akan mudah masuk dan efisien akhirnya. Lagi pula sebenarnya masa tanam yang serempak dapat mengurangi penyebaran hama penyakit.
Selain luasan tanah yang sempit, kondisi lapangan yang berbukit-bukit menyebabkan alsintan sulit masuk ke lahan. Dari dua permasalahan tadi, solusi terbaiknya adalah adanya konsolidasi lahan. Jika sudah seperti ini mau tidak mau petani harus mengurangi egoismenya untuk saling “aku dan aku” (ini tanahku, terserah aku mau tanam apa dan kapan”.
7. Faktor Sumber Daya Manusia dan Fasilitas penunjang operasi
Alsintan membutuhkan fasilitas penunjang operasi untuk dapat digunakan dengan baik. Fasilitas itu adalah BBM, suku cadang, perbengkelan, operator dan jalan akses transportasi alsintan. Pada faktanya, BBM sulit didapatkan, terlebih setelah adanya PP No 09 2006 dimana tidak diperbolehkan membeli bensin selain kendaraan bermotor. Jika ada pun BBM di daerah pedesaan harganya sudah lebih mahal (Rp. 5500/lt bensin) dan itu pun tidak dipastikan murni bensin. Suku cadang alsintan lebih banyak produk luar negeri dan harus diimpor jika ada kerusakan. Inilah penjajahan bentuk baru luar negeri. Sampai saat ini merek-merek yang digunakan adalah merek luar negeri untuk alsintan dan mesin. Padahal sudah banyak hasil riset alsintan. Penyebabnya adalah karena pengusaha tidak berani berinvestasi untuk produk anak bangsa sendiri.
Selain itu fasilitas paling penting untuk aksesibilitas alsintan adalah jalan pertanian yang memadai. Saat ini di beberapa daerah belum memiliki fasiltas jalan pertanian yang dapat dengan mudah alsintan masuk ke lahan. Ini juga yang menjadi alasan para petani enggan menggunakan alsintan, karena mereka merasa kerepotan dalam mengangkut ke lahan.
Satu hal yang tak bisa dilupakan adalah, untuk pengoperasian alsintan dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar menguasai penggunaan alsintan.
8. Sosial budaya
Di beberapa tempat sentra padi, seperti karawang, ada anggapan “jika power thresher masuk, maka masyarakat akan beramai-ramai membakarnya. Ini terjadi karena ada konflik kepentingan antara buruh tani degan alsintan. Paradigma berfikir masyarakat adalah bahwa alsintan dapat mengurangi jatah pekerja tani. Padahal, seharusnya paradigma yang harus diazamkan adalah konsep pengalihan tenaga kerja dari on-farm menjadi off-farm. Dengan masuknya alsintan, maka produktivitas akan meningkat dengan waktu yang lebih cepat. Dengan demikian input produksi akan lebih besar dan cepat, sehingga tenaga kerja di off-farm lebih banyak dibutuhkan.
Memang di beberapa tempat sudah menjadi budaya, masyarakat yang selalu memegang teguh tradisional dan enggan berganti dengan teknologi baru. Disinilah pentingnya pendekatan sosial kultural untuk mengadaptasikan teknologi. Proyek pemerintah dalam memberikan bantuan alsintan seringkali tidak memperhatikan sosial kultural masyarakat yang menjadi target. Disinilah pentingnya orang-orang mekanisasi juga belajar persoalan sosial. Intinya seorang engineer juga harus berjiwa sosial.
Kebijakan
Wajar jika kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian belum benar. Suatu kebijakan didasarkan atas data dan informasi di lapangan. Namun yang menjadi ironi, data alsintan mana yang bisa dianggap valid? Jawabannya jarang, bahkan tidak ada. Data alsintan diperoleh dari UPTD alsintan di setiap Kabupaten. Dan data temuan di lapangan (kasus Kab Bogor), data tersebut didapatkan hanya berdasarkan kira2. Data sangat mudah dirubah-rubah tergantung kebutuhan. Jika ingin bantuan, maka data dikurangi. Jika ingin dinilai baik, data ditambahkan. Itulah wajah pengelolaan data alsintan negeri ini. Banyak kebijakan yang salah sasaran akhirnya. Sehingga banyak juga traktor yang menganggur tak digunakan karena masyarakat yang tidak disiapkan sebelumnya.
10. Koordinasi antar sektor
Menjadi persoalan yang tak berujung. Setiap seminar, kita terus mempersoalkan ini. Kesimpulan diskusi, seminar adalah selalu koordinasi, koordinasi…ya sebuah kata yang mudah diucapkan tapi sulit direalisasikan. Fakta-faktanya adalah : 1) jangankan koordinasi antar pihak, intra 1 pihak saja belum beres. Faktanya sebuah riset alsintan dikembangkan oleh banyak pihak dari mulai Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Pengolahan Pascapanen, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Perkebunan (ini padahal masih dalam 1 departemen pertanian). Biodiesel (topik yang sama) saja dikembangkan bukan hanya di berbagai lembaga di departemen pertanian, tapi di departemen perindustrian pun mengerjakannnya. 2) Riset alsintan juga ternyata dikembangkan oleh BPPT LIPI, kementrian ristek. Hal semacam ini jelas membingungkan kita, sebenarnya siapa yang mengkomandoi mengembangkan alsintan? Akhirnya pengembangan alsintan tidak jelas, karena semua buat roadmape. Anggrana riset juga akhirnya tidak efisien, karena sebuah riset yang sama, dikerjakan oleh banyak lembaga. Inilah yang disebut MARSET atau “makelar riset”. Semua berlomba melakukan riset agar diberikan anggaran, atau hanya sekedar eksistensi lembaga.
Koordinasi juga terlihat ketika kegiatan sosialisasi alsintan dilakukan. Sangat jarang sekali pengusaha yang mau datang di seminar alsintan. Maklum, pengusaha selalu menghitung untung ruginya. Kedepan, koordinasi ABGC harus terus dilakukan. Lembaga-lembaga independen keteknikan pertanian memiliki potensi untuk dapat menjadi fasilitator koordinasi antar pihak tersebut.
11. Informasi
Sosialisasi alsintan sudah dilakukan, namun belum optimal. Penyuluh pertanian yang saat ini ada belum banyak diantara mereka yang memiliki wawasan alsintan. Mereka lebih banyak kepada proses budidaya. Sosialisasi alsintan hanya sebatas di seminar. Expo, yang jelas-jelas acara seperti itu tidak dapat leluasa diakses petani di daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi yang lebih menyeluruh kepada masyarakat luas. Disinilah peran mahasiswa, dan lembaga keteknikan pertanian untuk dapat membantu dalam mensosialisasikan alsintan kepada masyarakat luas.
Selain itu kurangnya publikasi ke tataran grassroot/petani dibuktikan dengan banyaknya hasil riset yang hanya tersimpan di perpustakaan atau di lemari, menjadi tantangan kita semua.
Begitu banyak tantangan kita dalam pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia. Akhirnya apa yang bisa kita lakukan sebagai diri sendiri, sebagai akademisi. Politik mercusuar yang selama ini banyak digunakan oleh kita hendaknya sudah harus kita ganti.
Permasalahan Mekanisasi Pertanian di Indonesia
Terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya pengembangan teknologi pertanian berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) di dalam negeri yakni:
a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,
b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,
c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,
d. dukungan perbengkelan masih lemah,
e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,
f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan
g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun.
Faktor – faktor penghambat perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diantaranya adalah :
• Permodalan
Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan kurang dalam permodalannya, sehingga tidak semua petani mampu untuk membeli alsin pertaian yang harganya relatif mahal.
• Kondisi Lahan
Tofogarapi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang dan bergunung-gunung sehinga menyulitkan untuk pengoperasian mesin-mesin pertanian,khususnya mesin prapanen
• Tenaga kerja
Tenaga kerja diIndonesia cukup melimpah/banyak. Oleh karena itu bila digantikan dengan tenaga mesin , dikhawatirkan menimbulkan dampak penganguran
• Tenaga Ahli
Kurangnya tenaga ahli yang atau orang yang kompeten dalam menangani mesin-mesin pertanian.
Mengingat hal tersebut, terutama poin nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di Indonesia menganut azas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian adalah:
(1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan,
(2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan,
(3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alsintan,
(4) mengembangkan lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di daerah dalam rangka otonomi daerah,
(5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan
RABU, 12 Oktober 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN (James P Pardede, SP)
Mekanisasi pertanian adalah aplikasi mekanis berupa mesin atau alat pada proses produksi pertanian (dalam arti luas) baik on-farm maupun off-farm. Mekanisasi pertanian di Indonesia telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Mekanisasi pertanian yang tepat berperan sangat signifikan untuk peningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian serta pengolahannya. Mekanisasi pertanian mencakup keuntungan efisiensi, efektifitas, kualitas dan produktifitas pertanian. Kemudian berdampak sistemik pada kesejahteraan petani dan pemenuhan kebutuhan pangan , energi dan bahan produksi masyarakat.
Penerapan Mekanisasi Pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1. Ekonomi
Ekonomi adalah faktor yang paling diprioritaskan oleh petani dalam memutuskan pengunaan mesin pertanian (Al-Haq, 2009). Petani secara sendiri-sendiri merasa belum mampu dalam investasi alat dan mesin pertanian (jika mereka belum merasa sangat membutuhkannya). Hal ini tentu tidak akan terlalu berat jika kelembagaan kelompok tani, koperasi, ataupun Unit Pelayanan Jasa Alsintan masih banyak yang aktif. Karena dengan mengelompok, maka kemampuan beli petani serta biaya pemeliharaan akan terjangkau. Yang menjadi permasalahan adalah, pasca orde baru kelembagaan UPJA, KUD banyak yang bubar dan sampai saat ini banyak yang belum dibangun. Akhirnya alat mesin pertanian hanya dikuasai oleh petani kaya atau rentenir saja. Sebenarnya, dalam jangka panjang, ketika biaya variabel dapat menurun karena efisiensi waktu dan beberapa komponen biaya seperti tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan pemasukan hasil penjualan karena produktifitas naik, maka secara otomatis besarnya biaya pokok akan turun dan pendapatan petani akan meningkat. Ini jika saja alsintan dapat digunakan.
2. Teknis (Teknologi)
Hasil penelitian pada studi kasus alat mesin perontok padi, di lapangan ditemukan banyak sekali alat mesin hasil penyebaran proyek pemerintah yang tidak dapat digunakan karena bahannya sangat mudah rusak. Ini dikarenakan oleh “proyektor” yang nakal alias Makelar Proyek. Proyek dilakukan asal jalan dan menghabiskan anggran saja (sebab jika anggaran tidak habis, tahun depan kecil kemungkinan akan diberi lagi). Akhirnya alsintan diproduksi dengan asal-asalan. Ini jelas sangat merugikan petani.
3. Fungsional
Banyak data yang menyebutkan kapasitas suatu alsintan tinggi. Studi kasus pada alat perontok padi pedal thresher buatan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian yang menurut data dijelaskan kapasitas 100 kg/jam. Namun faktanya, 25 kg/jam saja sulit, dan petani memilih menggunakan manual karena lebih mudah. Penelitian-penelitian dan percobaan kapasitas tidak dinormalisasi terlebih dahulu. Kapasitas 100 kg mungkin jika digunakan oleh petani yang sudah terbiasa, namun bagi yang belum terbiasa, akan sulit. Disinilah perlunya pembiasaan penggunaan alsintan (teknologi baru).
4. Ergonomi
Beberapa alsintan dirasakan petani tidak ergonomis. Hal ini disebabkan alsintan hanya diasopsi, bukan diadaptasi. Alsintan dari luar apalagi impor tentunya secara ergonomi belum tentu sesuai dengan antropometri masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Disinilah diperlukan adaptasi dan modifikasi alsintan agar sesuai dengan kondisi masyarakat di setiap daerah di Indonesia.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Pekerjaan yang tidak tersentuk aspek kesehatan dan keselamatan adalah pertanian subsistem petani kecil. Berbeda dengan industri non-pertanian yang sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Kalaupun ada, K3 hanya dilakukan pada perusahan pertanian level besar. Sedangkan petani kecil di lahan tidak pernah diprioritaskan menggunakan sepatu but ketika ke lahan, menggunakan masker ketika menyemprot pestisida, petani cenderung tak berpakaian lengkap ketika bekerja. Padahal resiko kecelakaan kerja di lahan sangat besar. Pemerintahpun belum menuju kea rah sana sepertinya. Jika sudah seperti ini, pertanian terus dianggap pekerjaan yang rendahan. Padahal jika alsintan akan dikembangkan, maka aspek K3 harus disertakan karena resiko kesehatan dan keselamatan pada saat menggunakan alat mesin lebih besar dibandingkan manual.
6. Kondisi lapangan (Faktor Alam)
Mekanisasi pertanian terhambat oleh kondisi lahan petani Indonesia yang hanya 0,2 ha/orang. Kondisi ini dipersulit lagi dengan ketidakkompakan petani dalam menanam dan masa tanam. Teringat dulu ketika orde baru petani sangat kompak dalam menanam dan masa tanam. Padahal jika saat inipun petani kompak dalam masa tanam, maka luasan tanah yang 0,2 ha bisa menjadi 2-3 ha, di mana alsintan akan mudah masuk dan efisien akhirnya. Lagi pula sebenarnya masa tanam yang serempak dapat mengurangi penyebaran hama penyakit.
Selain luasan tanah yang sempit, kondisi lapangan yang berbukit-bukit menyebabkan alsintan sulit masuk ke lahan. Dari dua permasalahan tadi, solusi terbaiknya adalah adanya konsolidasi lahan. Jika sudah seperti ini mau tidak mau petani harus mengurangi egoismenya untuk saling “aku dan aku” (ini tanahku, terserah aku mau tanam apa dan kapan”.
7. Faktor Sumber Daya Manusia dan Fasilitas penunjang operasi
Alsintan membutuhkan fasilitas penunjang operasi untuk dapat digunakan dengan baik. Fasilitas itu adalah BBM, suku cadang, perbengkelan, operator dan jalan akses transportasi alsintan. Pada faktanya, BBM sulit didapatkan, terlebih setelah adanya PP No 09 2006 dimana tidak diperbolehkan membeli bensin selain kendaraan bermotor. Jika ada pun BBM di daerah pedesaan harganya sudah lebih mahal (Rp. 5500/lt bensin) dan itu pun tidak dipastikan murni bensin. Suku cadang alsintan lebih banyak produk luar negeri dan harus diimpor jika ada kerusakan. Inilah penjajahan bentuk baru luar negeri. Sampai saat ini merek-merek yang digunakan adalah merek luar negeri untuk alsintan dan mesin. Padahal sudah banyak hasil riset alsintan. Penyebabnya adalah karena pengusaha tidak berani berinvestasi untuk produk anak bangsa sendiri.
Selain itu fasilitas paling penting untuk aksesibilitas alsintan adalah jalan pertanian yang memadai. Saat ini di beberapa daerah belum memiliki fasiltas jalan pertanian yang dapat dengan mudah alsintan masuk ke lahan. Ini juga yang menjadi alasan para petani enggan menggunakan alsintan, karena mereka merasa kerepotan dalam mengangkut ke lahan.
Satu hal yang tak bisa dilupakan adalah, untuk pengoperasian alsintan dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar menguasai penggunaan alsintan.
8. Sosial budaya
Di beberapa tempat sentra padi, seperti karawang, ada anggapan “jika power thresher masuk, maka masyarakat akan beramai-ramai membakarnya. Ini terjadi karena ada konflik kepentingan antara buruh tani degan alsintan. Paradigma berfikir masyarakat adalah bahwa alsintan dapat mengurangi jatah pekerja tani. Padahal, seharusnya paradigma yang harus diazamkan adalah konsep pengalihan tenaga kerja dari on-farm menjadi off-farm. Dengan masuknya alsintan, maka produktivitas akan meningkat dengan waktu yang lebih cepat. Dengan demikian input produksi akan lebih besar dan cepat, sehingga tenaga kerja di off-farm lebih banyak dibutuhkan.
Memang di beberapa tempat sudah menjadi budaya, masyarakat yang selalu memegang teguh tradisional dan enggan berganti dengan teknologi baru. Disinilah pentingnya pendekatan sosial kultural untuk mengadaptasikan teknologi. Proyek pemerintah dalam memberikan bantuan alsintan seringkali tidak memperhatikan sosial kultural masyarakat yang menjadi target. Disinilah pentingnya orang-orang mekanisasi juga belajar persoalan sosial. Intinya seorang engineer juga harus berjiwa sosial.
Kebijakan
Wajar jika kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian belum benar. Suatu kebijakan didasarkan atas data dan informasi di lapangan. Namun yang menjadi ironi, data alsintan mana yang bisa dianggap valid? Jawabannya jarang, bahkan tidak ada. Data alsintan diperoleh dari UPTD alsintan di setiap Kabupaten. Dan data temuan di lapangan (kasus Kab Bogor), data tersebut didapatkan hanya berdasarkan kira2. Data sangat mudah dirubah-rubah tergantung kebutuhan. Jika ingin bantuan, maka data dikurangi. Jika ingin dinilai baik, data ditambahkan. Itulah wajah pengelolaan data alsintan negeri ini. Banyak kebijakan yang salah sasaran akhirnya. Sehingga banyak juga traktor yang menganggur tak digunakan karena masyarakat yang tidak disiapkan sebelumnya.
10. Koordinasi antar sektor
Menjadi persoalan yang tak berujung. Setiap seminar, kita terus mempersoalkan ini. Kesimpulan diskusi, seminar adalah selalu koordinasi, koordinasi…ya sebuah kata yang mudah diucapkan tapi sulit direalisasikan. Fakta-faktanya adalah : 1) jangankan koordinasi antar pihak, intra 1 pihak saja belum beres. Faktanya sebuah riset alsintan dikembangkan oleh banyak pihak dari mulai Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Pengolahan Pascapanen, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Perkebunan (ini padahal masih dalam 1 departemen pertanian). Biodiesel (topik yang sama) saja dikembangkan bukan hanya di berbagai lembaga di departemen pertanian, tapi di departemen perindustrian pun mengerjakannnya. 2) Riset alsintan juga ternyata dikembangkan oleh BPPT LIPI, kementrian ristek. Hal semacam ini jelas membingungkan kita, sebenarnya siapa yang mengkomandoi mengembangkan alsintan? Akhirnya pengembangan alsintan tidak jelas, karena semua buat roadmape. Anggrana riset juga akhirnya tidak efisien, karena sebuah riset yang sama, dikerjakan oleh banyak lembaga. Inilah yang disebut MARSET atau “makelar riset”. Semua berlomba melakukan riset agar diberikan anggaran, atau hanya sekedar eksistensi lembaga.
Koordinasi juga terlihat ketika kegiatan sosialisasi alsintan dilakukan. Sangat jarang sekali pengusaha yang mau datang di seminar alsintan. Maklum, pengusaha selalu menghitung untung ruginya. Kedepan, koordinasi ABGC harus terus dilakukan. Lembaga-lembaga independen keteknikan pertanian memiliki potensi untuk dapat menjadi fasilitator koordinasi antar pihak tersebut.
11. Informasi
Sosialisasi alsintan sudah dilakukan, namun belum optimal. Penyuluh pertanian yang saat ini ada belum banyak diantara mereka yang memiliki wawasan alsintan. Mereka lebih banyak kepada proses budidaya. Sosialisasi alsintan hanya sebatas di seminar. Expo, yang jelas-jelas acara seperti itu tidak dapat leluasa diakses petani di daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi yang lebih menyeluruh kepada masyarakat luas. Disinilah peran mahasiswa, dan lembaga keteknikan pertanian untuk dapat membantu dalam mensosialisasikan alsintan kepada masyarakat luas.
Selain itu kurangnya publikasi ke tataran grassroot/petani dibuktikan dengan banyaknya hasil riset yang hanya tersimpan di perpustakaan atau di lemari, menjadi tantangan kita semua.
Begitu banyak tantangan kita dalam pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia. Akhirnya apa yang bisa kita lakukan sebagai diri sendiri, sebagai akademisi. Politik mercusuar yang selama ini banyak digunakan oleh kita hendaknya sudah harus kita ganti.
Permasalahan Mekanisasi Pertanian di Indonesia
Terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya pengembangan teknologi pertanian berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) di dalam negeri yakni:
a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,
b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,
c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,
d. dukungan perbengkelan masih lemah,
e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,
f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan
g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun.
Faktor – faktor penghambat perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diantaranya adalah :
• Permodalan
Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan kurang dalam permodalannya, sehingga tidak semua petani mampu untuk membeli alsin pertaian yang harganya relatif mahal.
• Kondisi Lahan
Tofogarapi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang dan bergunung-gunung sehinga menyulitkan untuk pengoperasian mesin-mesin pertanian,khususnya mesin prapanen
• Tenaga kerja
Tenaga kerja diIndonesia cukup melimpah/banyak. Oleh karena itu bila digantikan dengan tenaga mesin , dikhawatirkan menimbulkan dampak penganguran
• Tenaga Ahli
Kurangnya tenaga ahli yang atau orang yang kompeten dalam menangani mesin-mesin pertanian.
Mengingat hal tersebut, terutama poin nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di Indonesia menganut azas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian adalah:
(1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan,
(2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan,
(3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alsintan,
(4) mengembangkan lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di daerah dalam rangka otonomi daerah,
(5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan
Merdeka dari Kemiskinan ?
Harian Medan Bisnis-Jumat, 19 Agustus 2011
Merdeka dari Kemiskinan ?
Oleh : James P. Pardede
Permasalahan gizi buruk yang sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan seakan luput dari perhatian kita, anak-anak yang terpaksa putus sekolah juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Di usia 66 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, elit politik di negeri ini masih disibukkan dengan kasus korupsi mantan Bendahara Partai Demokrat M. Nazaruddin, pelaku korupsi lainnya yang kabur ke luar negeri masih menjadi tanda tanya apakah mereka juga akan ditangkap atau tertangkap. Jika dihitung jumlah uang yang mereka korupsi sangat bermanfaat untuk membantu masyarakat miskin yang kesulitan mencari pekerjaan dan atau sekadar mencari uang untuk makan.
Kasus-kasus gizi buruk juga sebenarnya banyak terjadi di sekitar kita, hanya saja yang mencuat ke permukaan cuma beberapa kasus. Seharusnya, aparat pemerintah paling terdepan seperti lurah atau kepala desa bisa melakukan pendataan tentang keberadaan warganya apakah ada yang menderita gizi buruk atau tidak.
Revitalisasi Puskesmas dan Posyandu dalam hal ini sangat membantu dalam melacak anak-anak gizi buruk. Karena, biasanya ibu-ibu PKK atau petugas Posyandu akan mengajak ibu-ibu membawa anaknya untuk immunisasi atau sekadar timbang berat badan dan mendapat suplemen makanan tambahan seperti vitamin. Adanya pertemuan rutin di Puskesmas dan Posyandu antara petugas kesehatan dengan masyarakat akan mengetahui apakah keluarga tersebut benar memperoleh asupan gizi yang seimbang. Anak yang terkena gizi buruk juga akan mudah di deteksi.
Seperti telah disampaikan di awal tulisan ini, permasalahan gizi buruk sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Kegagalan pemerintah dalam memerangi kemiskinan adalah salah satu bukti ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskannya. Banyak sudah program yang dijalankan, hanya saja masih belum menyentuh sampai ke titik persoalan. Daya beli masyarakat masih terus terpuruk. Padahal Indonesia dikenal kaya karena berlimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Ironisnya, negara dan rakyatnya tetap miskin. Rakyat terjebak dengan prinsip yang dibangun negara, yakni romantisisme beras murah. Pemerintah memberantas kemiskinan dengan program pemberian beras murah yang disalurkan oleh Bulog. Pemberitan beras murah dianggap mampu meringankan beban masyarakat miskin.
Setiap tahun jumlah penduduk di negeri ini terus bertambah, dengan pertambahan penduduk ini berarti bertambah pula kebutuhan penduduk akan bahan pangan. Impian negeri ini untuk swasembada pangan hanya tertuang di atas kertas, sementara kenyataanya kebutuhan akan pangan tak mudah ditopang oleh sektor pertanian yang ada saat ini. Upaya pemerintah untuk terus memurah-murahkan harga beras, jelas tidak memberi ruang untuk melanjutkan gerakan diversifikasi konsumsi pangan yang sudah digelar sejak tahun 1974. Sementara itu, alih fungsi lahan telah menggrogoti lahan subur pertanian tanaman pangan yang pada gilirannya menurunkan produksi padi nasional.
Kondisi negara kita yang dikenal sebagai negara agraris, tapi sampai hari ini perma¬salahan kekurangan pa¬ngan dan kekurangan gizi masih tetap saja terjadi. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah di bidang pangan dan pertanian hampir tidak ada yang memihak kepada rakyat. Para pengamat, pela¬ku usaha, dan anggota DPR menegaskan kebijakan pa¬ngan pemerintah sama sekali tidak berpihak kepada petani dan masyarakat kelas bawah. Hal itu dibuktikan dari pe¬merintah yang tidak antisi¬patif terhadap perma¬salahan yang timbul khususnya di bidang pertanian.
Pemerintah seharusnya memiliki kebijakan yang mendasar bagi kedaulatan pangan. Untuk jangka pan¬jang bangsa, dengan populasi penduduk Indonesia yang banyak, bangsa Indonesia harus mengusahakan pa¬ngan¬nya sendiri. Penduduk di pedesaan yang banyak dan lahan yang luas harus bisa diaktifkan. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa agra¬ris, berubah menjadi negeri sejuta ironi. Negeri yang memiliki segalanya harus mengalami kekurangan ba¬nyak hal karena peme¬rin¬tah melupakan sektor pertanian.
Kondisi Rawan Pangan
Kita memiliki lautan luas yang sarat dengan segala jenis ikan sebagai sumber protein, tetapi sejumlah besar warga harus mengalami gizi buruk karena jarang me¬ngon¬sumsi ikan. Kita juga dika¬runia perkebunan kelapa sawit yang luasnya berjuta-juta hektar, tetapi minyak go¬reng kerap hilang dari kehidupan wong cilik. Masa¬lah ketahanan pangan di In¬donesia berganda. Selain im-portir yang berwajah spe¬kulan kerap bermain di air ke¬ruh, berbagai bencana ban¬jir dan kekeringan yang kini acap terjadi juga men¬jadi pen¬dorong produksi berku¬rang.
Isu pemanasan global menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia dan ditengarai sebagai salah satu penyebab sektor pertanian kian berkurang produksinya. Petani jadi kesulitan dalam memprediksi kapan waktu menanam yang tepat. Dalam kaitan ini, pemerintah harus lebih serius dalam merespon pende¬ritaan puluhan ribu petani yang sawahnya gagal panen.
Selama ini pemerintah masih kurang serius dalam mengangkat derajat kehidupan masyarakat miskin yang ada di pedesaan yang notabene memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Malah setiap tahun puluhan triliun disedot dari daerah untuk pem¬bang¬unan perkotaan. Tarik uang dari pedesaan untuk perko¬taan. Diharapkan pemerintah mengambil kebijakan pokok untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pangan guna mencegah ra¬wan pangan dan gizi buruk di masa datang. Lonjakan har¬ga pangan yang dise¬babkan peningkatan harga di pasar global tidak dapat diatasi dengan kebijakan yang bersifat sementara.
Kondisi rawan pangan sering terjadi di beberapa dae¬rah. Lantas, upaya apa yang bisa dilakukan untuk me¬ngatasi kondisi ini ? Ke depan, pemerintah harus mela¬kukan proses edukasi untuk mem-perkenalkan potensi pangan lokal, juga harus menciptakan lapa¬ngan kerja dan mendukung gerakan an¬ti¬korupsi yang kini diga¬gas berbagai kelompok ma¬sya¬rakat. Pemahaman tek¬nologi pe-ngolahan pang¬an non-beras yang masih minim di tengah masyarakat men¬jadi diagnosa lain gagal-nya di¬versifikasi konsumsi. Ter¬se¬dianya beraneka ragam pro¬¬duk pangan amat diten¬tukan leh perkem¬bangan teknologi pengolahan pangan.
Masyarakat kelompok menengah ke atas seharusnya bisa menjadi pelopor gerakan diversifikasi konsumsi berbasis sumber daya lokal. Mereka bisa dikondisikan untuk tidak lagi menikmati pangan murah yang justru disubsidi oleh uang rakyat. Mereka harus disadarkan bahwa diversifikasi konsumsi tidak sekadar mengganti beras dengan singkong atau jagung, tetapi substansinya hendak menumbuhkan perekonomian petani selaku produsen pangan.
Sumut sebagai salah satu sentra beras bisa saja mengalami kekurangan ba¬han pangan. Bahkan bebe¬rapa daerah disinyalir sa¬ngat rawan terhadap keku¬rangan pangan. Itu sebabnya, ego sektoral harus dihi¬langkan. Setiap departemen yang terkait dengan pembangunan ketahanan pangan harus mau duduk bersama untuk mencari solusi. Departemen PU harus membenahi saluran irigasi yang mampu mengari sawah secara berkesinambungan sehingga ketika datang kemarau panjang petani tidak kehilangan air. Departemen keuangan harus menyediakan dana untuk memberi subsidi pupuk, benih dan modal bagi petani.
Departemen perdagangan harus menata secara baik tata niaga hasil pertanian sehingga petani mendapat harga yang baik setiap panen. Selama ini petani selalu dirugikan. Petani disuruh menanam padi tapi tidak ada jaminan harga ketika mereka panen. Jika petani sudah memperoleh insentif dari usaha taninya, kita bisa bisa mengakhiri kebijakan yang dengan gampang mengimpor komoditas pertanian sebagai pilihan utama.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-66 ini, mari sama-sama kita menyatukan persepsi bahwa permasalahan gizi buruk dan kemiskinan adalah tanggungjawab kita bersama. Bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata. Jika di sekitar kita ada warga miskin yang benar-benar lebih layak untuk mendapatkan bantuan, segera laporkan ke aparat pemerintah di kelurahan atau kecamatan. Dengan upaya ini, program pemerintah membantu masyarakat miskin akan lebih mengena sampai ke sasarannya. Dengan upaya ini, kita akan sama-sama merasakan dan menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya. Lantas, sampai kapan kita benar-benar merdeka dari permasalahan gizi buruk dan kemiskinan ini ? ***
* Penulis adalah pemerhati masalah kemiskinan dan pertanian.
Merdeka dari Kemiskinan ?
Oleh : James P. Pardede
Permasalahan gizi buruk yang sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan seakan luput dari perhatian kita, anak-anak yang terpaksa putus sekolah juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Di usia 66 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, elit politik di negeri ini masih disibukkan dengan kasus korupsi mantan Bendahara Partai Demokrat M. Nazaruddin, pelaku korupsi lainnya yang kabur ke luar negeri masih menjadi tanda tanya apakah mereka juga akan ditangkap atau tertangkap. Jika dihitung jumlah uang yang mereka korupsi sangat bermanfaat untuk membantu masyarakat miskin yang kesulitan mencari pekerjaan dan atau sekadar mencari uang untuk makan.
Kasus-kasus gizi buruk juga sebenarnya banyak terjadi di sekitar kita, hanya saja yang mencuat ke permukaan cuma beberapa kasus. Seharusnya, aparat pemerintah paling terdepan seperti lurah atau kepala desa bisa melakukan pendataan tentang keberadaan warganya apakah ada yang menderita gizi buruk atau tidak.
Revitalisasi Puskesmas dan Posyandu dalam hal ini sangat membantu dalam melacak anak-anak gizi buruk. Karena, biasanya ibu-ibu PKK atau petugas Posyandu akan mengajak ibu-ibu membawa anaknya untuk immunisasi atau sekadar timbang berat badan dan mendapat suplemen makanan tambahan seperti vitamin. Adanya pertemuan rutin di Puskesmas dan Posyandu antara petugas kesehatan dengan masyarakat akan mengetahui apakah keluarga tersebut benar memperoleh asupan gizi yang seimbang. Anak yang terkena gizi buruk juga akan mudah di deteksi.
Seperti telah disampaikan di awal tulisan ini, permasalahan gizi buruk sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Kegagalan pemerintah dalam memerangi kemiskinan adalah salah satu bukti ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskannya. Banyak sudah program yang dijalankan, hanya saja masih belum menyentuh sampai ke titik persoalan. Daya beli masyarakat masih terus terpuruk. Padahal Indonesia dikenal kaya karena berlimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Ironisnya, negara dan rakyatnya tetap miskin. Rakyat terjebak dengan prinsip yang dibangun negara, yakni romantisisme beras murah. Pemerintah memberantas kemiskinan dengan program pemberian beras murah yang disalurkan oleh Bulog. Pemberitan beras murah dianggap mampu meringankan beban masyarakat miskin.
Setiap tahun jumlah penduduk di negeri ini terus bertambah, dengan pertambahan penduduk ini berarti bertambah pula kebutuhan penduduk akan bahan pangan. Impian negeri ini untuk swasembada pangan hanya tertuang di atas kertas, sementara kenyataanya kebutuhan akan pangan tak mudah ditopang oleh sektor pertanian yang ada saat ini. Upaya pemerintah untuk terus memurah-murahkan harga beras, jelas tidak memberi ruang untuk melanjutkan gerakan diversifikasi konsumsi pangan yang sudah digelar sejak tahun 1974. Sementara itu, alih fungsi lahan telah menggrogoti lahan subur pertanian tanaman pangan yang pada gilirannya menurunkan produksi padi nasional.
Kondisi negara kita yang dikenal sebagai negara agraris, tapi sampai hari ini perma¬salahan kekurangan pa¬ngan dan kekurangan gizi masih tetap saja terjadi. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah di bidang pangan dan pertanian hampir tidak ada yang memihak kepada rakyat. Para pengamat, pela¬ku usaha, dan anggota DPR menegaskan kebijakan pa¬ngan pemerintah sama sekali tidak berpihak kepada petani dan masyarakat kelas bawah. Hal itu dibuktikan dari pe¬merintah yang tidak antisi¬patif terhadap perma¬salahan yang timbul khususnya di bidang pertanian.
Pemerintah seharusnya memiliki kebijakan yang mendasar bagi kedaulatan pangan. Untuk jangka pan¬jang bangsa, dengan populasi penduduk Indonesia yang banyak, bangsa Indonesia harus mengusahakan pa¬ngan¬nya sendiri. Penduduk di pedesaan yang banyak dan lahan yang luas harus bisa diaktifkan. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa agra¬ris, berubah menjadi negeri sejuta ironi. Negeri yang memiliki segalanya harus mengalami kekurangan ba¬nyak hal karena peme¬rin¬tah melupakan sektor pertanian.
Kondisi Rawan Pangan
Kita memiliki lautan luas yang sarat dengan segala jenis ikan sebagai sumber protein, tetapi sejumlah besar warga harus mengalami gizi buruk karena jarang me¬ngon¬sumsi ikan. Kita juga dika¬runia perkebunan kelapa sawit yang luasnya berjuta-juta hektar, tetapi minyak go¬reng kerap hilang dari kehidupan wong cilik. Masa¬lah ketahanan pangan di In¬donesia berganda. Selain im-portir yang berwajah spe¬kulan kerap bermain di air ke¬ruh, berbagai bencana ban¬jir dan kekeringan yang kini acap terjadi juga men¬jadi pen¬dorong produksi berku¬rang.
Isu pemanasan global menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia dan ditengarai sebagai salah satu penyebab sektor pertanian kian berkurang produksinya. Petani jadi kesulitan dalam memprediksi kapan waktu menanam yang tepat. Dalam kaitan ini, pemerintah harus lebih serius dalam merespon pende¬ritaan puluhan ribu petani yang sawahnya gagal panen.
Selama ini pemerintah masih kurang serius dalam mengangkat derajat kehidupan masyarakat miskin yang ada di pedesaan yang notabene memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Malah setiap tahun puluhan triliun disedot dari daerah untuk pem¬bang¬unan perkotaan. Tarik uang dari pedesaan untuk perko¬taan. Diharapkan pemerintah mengambil kebijakan pokok untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pangan guna mencegah ra¬wan pangan dan gizi buruk di masa datang. Lonjakan har¬ga pangan yang dise¬babkan peningkatan harga di pasar global tidak dapat diatasi dengan kebijakan yang bersifat sementara.
Kondisi rawan pangan sering terjadi di beberapa dae¬rah. Lantas, upaya apa yang bisa dilakukan untuk me¬ngatasi kondisi ini ? Ke depan, pemerintah harus mela¬kukan proses edukasi untuk mem-perkenalkan potensi pangan lokal, juga harus menciptakan lapa¬ngan kerja dan mendukung gerakan an¬ti¬korupsi yang kini diga¬gas berbagai kelompok ma¬sya¬rakat. Pemahaman tek¬nologi pe-ngolahan pang¬an non-beras yang masih minim di tengah masyarakat men¬jadi diagnosa lain gagal-nya di¬versifikasi konsumsi. Ter¬se¬dianya beraneka ragam pro¬¬duk pangan amat diten¬tukan leh perkem¬bangan teknologi pengolahan pangan.
Masyarakat kelompok menengah ke atas seharusnya bisa menjadi pelopor gerakan diversifikasi konsumsi berbasis sumber daya lokal. Mereka bisa dikondisikan untuk tidak lagi menikmati pangan murah yang justru disubsidi oleh uang rakyat. Mereka harus disadarkan bahwa diversifikasi konsumsi tidak sekadar mengganti beras dengan singkong atau jagung, tetapi substansinya hendak menumbuhkan perekonomian petani selaku produsen pangan.
Sumut sebagai salah satu sentra beras bisa saja mengalami kekurangan ba¬han pangan. Bahkan bebe¬rapa daerah disinyalir sa¬ngat rawan terhadap keku¬rangan pangan. Itu sebabnya, ego sektoral harus dihi¬langkan. Setiap departemen yang terkait dengan pembangunan ketahanan pangan harus mau duduk bersama untuk mencari solusi. Departemen PU harus membenahi saluran irigasi yang mampu mengari sawah secara berkesinambungan sehingga ketika datang kemarau panjang petani tidak kehilangan air. Departemen keuangan harus menyediakan dana untuk memberi subsidi pupuk, benih dan modal bagi petani.
Departemen perdagangan harus menata secara baik tata niaga hasil pertanian sehingga petani mendapat harga yang baik setiap panen. Selama ini petani selalu dirugikan. Petani disuruh menanam padi tapi tidak ada jaminan harga ketika mereka panen. Jika petani sudah memperoleh insentif dari usaha taninya, kita bisa bisa mengakhiri kebijakan yang dengan gampang mengimpor komoditas pertanian sebagai pilihan utama.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-66 ini, mari sama-sama kita menyatukan persepsi bahwa permasalahan gizi buruk dan kemiskinan adalah tanggungjawab kita bersama. Bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata. Jika di sekitar kita ada warga miskin yang benar-benar lebih layak untuk mendapatkan bantuan, segera laporkan ke aparat pemerintah di kelurahan atau kecamatan. Dengan upaya ini, program pemerintah membantu masyarakat miskin akan lebih mengena sampai ke sasarannya. Dengan upaya ini, kita akan sama-sama merasakan dan menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya. Lantas, sampai kapan kita benar-benar merdeka dari permasalahan gizi buruk dan kemiskinan ini ? ***
* Penulis adalah pemerhati masalah kemiskinan dan pertanian.
Opini di Harian Analisa Medan
Memaknai Kasih dan Damai Natal
Oleh : James P. Pardede
Di salah satu kota kecil di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan, sewaktu penulis masih kecil sering diajak ikut serta merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama-sama dengan saudara yang beragama Islam.
Penulis pada waktu itu dengan sekuat tenaga ikut memukul bedug dan keliling rumah family untuk mengucapkan selamat hari raya. Sebaliknya, saat kami merayakan Natal dan Tahun Baru, saudara kami yang beragama Islam datang ke rumah kakek dan nenek kami untuk mengucapkan salam Natal dan makan malam bersama. Bagaimana dengan sekarang ? Mungkin di beberapa kota atau kampung di Indonesia masih ada yang tetap menjaga kerukunan ini dengan baik.
Bulan ini, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Natal sekaligus dirangkai dengan Tahun Baru 2011. Di Sumatera Utara, perayaan Natal boleh jadi dilaksanakan tidak semeriah perayaan menyambut datangnya tahun baru. Saat perayaan Natal, masyarakat hanya ikut parade Natal dengan Santa Clauss, penyalaan lilin, liturgi, bernyanyi dan bersalaman sekadar mengucapkan selamat Natal kepada kerabat, teman dan saudara.
Sementara menyambut datangnya tahun baru, masyarakat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik mulai dari kue tahun baru, cake sampai kepada minuman teristimewa menyambut berlalunya tahun 2010. Perayaan Natal sepertinya dijadikan hanya sebagai perayaan seremonial belaka tanpa mau memetik hikmah yang terkandung di dalamnya.
Lantas, apa yang salah dengan sikap kita dalam memperingati Hari Kelahiran Sang Juru Slamat Yesus Kristus ? Dia yang telah lahir ke dunia ribuan tahun lalu di kandang domba yang hina di kota kecil Betlehem menjadi perbincangan yang sangat mengganggu bagi raja Herodes. Karena, kedatangan Yesus sebagai Juru Slamat adalah menggenapi Firman Tuhan seperti tertulis dalam Alkitab Yohanes 3 : 16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Memang, belakangan ini tradisi merayakan Natal di beberapa kota besar di Indonesia kelihatannya sangat memberi kesan tersendiri. Bahkan, kalau ingat waktu masih kecil, perayaan Natal adalah kesempatan bagi kita untuk membacakan firman Tuhan secara bergiliran dengan memakai baju baru, sepatu baru dan celana baru. Pakaian yang baru tersebut menjadi pakaian kebesaran juga sewaktu menyambut datangnya tahun baru.
Akan tetapi, tulisan ini bukan untuk memperdebatkan seberapa pentingkah perayaan Natal dalam hidup saya dan Anda? Paling tidak, tulisan ini akan men coba mengupas makna apa sebenarnya yang ingin dicapai setiap kali merayakan Natal dan memperingati hari kelahiran-Nya.
Jika melihat kondisi negara kita seperti sekarang ini, ada banyak bencana yang terjadi silih berganti. Ada banyak kejahatan yang membuat masyarakat semakin takut tinggal di atas bumi ini. Ada beragam perbuatan-perbuatan tidak terpuji yang mencoba memecah belah kerukunan antar umat beragama dengan membakar gereja, menutup gereja dan melarang umat untuk menjalankan ibadahnya.
Introspeksi Diri
Kebebasan memeluk agama dan kepercayaan di negeri ini belum sepenuhnya mengacu pada sila Pertama Pancasila dan UUD 1945 dimana setiap warga negara berhak untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Walaupun pada kenyataannya, ada aturan-aturan dan rambu-rambu yang harus dituruti termasuk aturan pemerintah dalam hal pembangunan rumah ibadah. Pemerintah seharusnya menetapkan aturan dan memberlakukan undang-undang tidak setengah hati tapi sepenuh hati dan memberikan perlakuan yang sama terhadap semua suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Kondisi negara kita yang mengalami banyak kesulitan dalam berbagai hal perlu melakukan introspeksi diri, dimana angka pengangguran terus merangkak naik, tenaga kerja Indonesia di luar negeri banyak yang menuai masalah. Jika mereka pulang ke Indonesia, sudah pasti jumlah pengangguran semakin bertambah sementara lapangan kerja baru tidak ada. Mau dibawa kemana negeri ini ?
Menyikapi makin banyaknya bencana yang datang silih berganti di negeri ini, banyaknya kasus-kasus korupsi yang belum dituntaskan sampai hari ini, sekaranglah saatnya untuk melakukan introspeksi diri. Mari kita merenung sejenak. Kesalahan apa yang telah kita perbuat terhadap alam, terhadap sesama, terhadap bangsa dan negeri ini terlebih tehadap-Nya.
Ketika kita merenung dengan hati yang sungguh-sungguh, mengingat semua perbuatan masa lampau. Mungkin sangat banyak kesalahan yang telah kita perbuat. Setelah merenung, perasaan bersalah akan muncul, perasaan menyesal pun ikut menyertainya. Dalam tahapan introspeksi diri tersebut sangat banyak peristiwa-peristiwa masa lampau yang terlintas di benak kita dan tiba-tiba muncul perasaan bersalah untuk tidak melakukannya lagi di kemudian hari. Atau hanya sekadar introspeksi diri mengingat kesalahan masa lalu, lantas mengulanginya lagi di lain kesempatan dan waktu.
Penekanan introspeksi diri seperti diserukan banyak kalangan bukanlah sekadar introspeksi lantas berbuat lagi. Yang terpenting adalah introspeksi diri yang sungguh-sungguh. Dimana dalam perenungan tersebut muncul perasaan bersalah dan sesal. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, sesal akan membuat orang mengucurkan air mata. Karena sesal adalah suatu persiapan ke arah perbaikan perilaku yang sungguh-sungguh yang disertai perasaan untuk bertobat.
Seseorang baru dinyatakan bertobat jika dengan kesadaran penuh memutuskan untuk tidak lagi melakukan kesalahan atau kejahatan sejak seseorang tersebut memutuskan untuk benar-benar bertobat. Tanpa keputusan dan tekad bulat untuk tidak lagi mengulangi perbuatan masa lampau, tobat tidak akan berjalan sebagaimana diharapkan dan akan sia-sia saja (Kompas 13/3/2007).
Tuhan menciptakan manusia memiliki dua mata, dua telinga dan satu mulut. Berarti dari keadaan ini kita dituntut untuk lebih banyak membaca, mendengar dan sedikit berbicara. Membaca buku-buku yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan mendengar nasehat orangtua demi untuk perbaikan masa depan. Menghindari banyak bicara apalagi membicarakan orang lain.
Momentum Natal
Selama ini, kita terlalu banyak membuang-buang waktu, tenaga dan pikiran untuk sesuatu yang ada di luar diri kita. Terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan kesalahan, kaburukan maupun kelalaian orang lain. Sementara diri kita yang kita anggap sebagai yang terbaik ternyata tidak efektif untuk memperbaiki apa yang kita anggap salah. Belakangan ini, banyak orang yang menginginkan orang lain berubah sesuai dengan keinginannya. Kita juga sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya hancur-hancuran, di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Keinginan tersebut terlampau muluk-muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa mengubah sikap istri atau suami saja tidak sanggup? Mungkin salah satu jawabannya adalah karena kita tidak pernah mempunyai waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar, namun kiranya patut direnungkan baik-baik. Karena, di dalam setiap ajaran agama mana pun kita diajari untuk selalu merenung dan meminta ampun kepada Tuhan jika kita telah melakukan kesalahan dan kesilapan.
Mengubah diri dan cara hidup berarti berupaya untuk menemukan jati diri yang terbaik dalam kehidupan. Suatu proses memadu elemen pikiran dan hati agar menyatu atau bersepakat memperoleh hidup yang lebih bermakna berupa pencerahan spiritual atau pemahaman nilai-nilai moral kemanusiaan yang memberi ketenangan.
Apalagi dalam suasana seperti sekarang ini, suasana Natal yang diyakini membawa damai sejahtera bagi seluruh umat manusia, Natal penuh kasih melingkupi semua umat manusia di muka bumi ini. Saat Yesus lahir ke dunia ini ada Bintang yang dari Timur memancarkan sinar yang sangat terang. Orang Majus mengetahui keberadaan Yesus lewat petunjuk bintang. Bintang dalam hal ini mengingatkan kita akan terang dan cahaya yang dipancarkannya. Suasana Natal Tahun ini kiranya membawa terang dan semua umat menjadi terang bagi keluarganya, terang bagi masyarakat yang dipimpinnya dan terang bagi bangsa dan negara. Pemimpin yang sekaligus menjadi terang akan membawa rakyatnya ke sebuah perubahan yang luar biasa.
Kiranya momentum Natal tahun ini menjadi salah satu upaya bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Natal adalah saat yang sangat tepat untuk melakukan koreksi diri. Mengevaluasi diri dan melakukan perbaikan perilaku dan sikap yang membangun diri sendiri mulai hari ini maupun di kemudian hari. Kiranya Kasih dan Damai Natal hadir di tengah-tengah kita. Selamat Hari Natal !
* Penulis adalah jurnalis tinggal di Medan.
Oleh : James P. Pardede
Di salah satu kota kecil di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan, sewaktu penulis masih kecil sering diajak ikut serta merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama-sama dengan saudara yang beragama Islam.
Penulis pada waktu itu dengan sekuat tenaga ikut memukul bedug dan keliling rumah family untuk mengucapkan selamat hari raya. Sebaliknya, saat kami merayakan Natal dan Tahun Baru, saudara kami yang beragama Islam datang ke rumah kakek dan nenek kami untuk mengucapkan salam Natal dan makan malam bersama. Bagaimana dengan sekarang ? Mungkin di beberapa kota atau kampung di Indonesia masih ada yang tetap menjaga kerukunan ini dengan baik.
Bulan ini, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Natal sekaligus dirangkai dengan Tahun Baru 2011. Di Sumatera Utara, perayaan Natal boleh jadi dilaksanakan tidak semeriah perayaan menyambut datangnya tahun baru. Saat perayaan Natal, masyarakat hanya ikut parade Natal dengan Santa Clauss, penyalaan lilin, liturgi, bernyanyi dan bersalaman sekadar mengucapkan selamat Natal kepada kerabat, teman dan saudara.
Sementara menyambut datangnya tahun baru, masyarakat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik mulai dari kue tahun baru, cake sampai kepada minuman teristimewa menyambut berlalunya tahun 2010. Perayaan Natal sepertinya dijadikan hanya sebagai perayaan seremonial belaka tanpa mau memetik hikmah yang terkandung di dalamnya.
Lantas, apa yang salah dengan sikap kita dalam memperingati Hari Kelahiran Sang Juru Slamat Yesus Kristus ? Dia yang telah lahir ke dunia ribuan tahun lalu di kandang domba yang hina di kota kecil Betlehem menjadi perbincangan yang sangat mengganggu bagi raja Herodes. Karena, kedatangan Yesus sebagai Juru Slamat adalah menggenapi Firman Tuhan seperti tertulis dalam Alkitab Yohanes 3 : 16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Memang, belakangan ini tradisi merayakan Natal di beberapa kota besar di Indonesia kelihatannya sangat memberi kesan tersendiri. Bahkan, kalau ingat waktu masih kecil, perayaan Natal adalah kesempatan bagi kita untuk membacakan firman Tuhan secara bergiliran dengan memakai baju baru, sepatu baru dan celana baru. Pakaian yang baru tersebut menjadi pakaian kebesaran juga sewaktu menyambut datangnya tahun baru.
Akan tetapi, tulisan ini bukan untuk memperdebatkan seberapa pentingkah perayaan Natal dalam hidup saya dan Anda? Paling tidak, tulisan ini akan men coba mengupas makna apa sebenarnya yang ingin dicapai setiap kali merayakan Natal dan memperingati hari kelahiran-Nya.
Jika melihat kondisi negara kita seperti sekarang ini, ada banyak bencana yang terjadi silih berganti. Ada banyak kejahatan yang membuat masyarakat semakin takut tinggal di atas bumi ini. Ada beragam perbuatan-perbuatan tidak terpuji yang mencoba memecah belah kerukunan antar umat beragama dengan membakar gereja, menutup gereja dan melarang umat untuk menjalankan ibadahnya.
Introspeksi Diri
Kebebasan memeluk agama dan kepercayaan di negeri ini belum sepenuhnya mengacu pada sila Pertama Pancasila dan UUD 1945 dimana setiap warga negara berhak untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Walaupun pada kenyataannya, ada aturan-aturan dan rambu-rambu yang harus dituruti termasuk aturan pemerintah dalam hal pembangunan rumah ibadah. Pemerintah seharusnya menetapkan aturan dan memberlakukan undang-undang tidak setengah hati tapi sepenuh hati dan memberikan perlakuan yang sama terhadap semua suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Kondisi negara kita yang mengalami banyak kesulitan dalam berbagai hal perlu melakukan introspeksi diri, dimana angka pengangguran terus merangkak naik, tenaga kerja Indonesia di luar negeri banyak yang menuai masalah. Jika mereka pulang ke Indonesia, sudah pasti jumlah pengangguran semakin bertambah sementara lapangan kerja baru tidak ada. Mau dibawa kemana negeri ini ?
Menyikapi makin banyaknya bencana yang datang silih berganti di negeri ini, banyaknya kasus-kasus korupsi yang belum dituntaskan sampai hari ini, sekaranglah saatnya untuk melakukan introspeksi diri. Mari kita merenung sejenak. Kesalahan apa yang telah kita perbuat terhadap alam, terhadap sesama, terhadap bangsa dan negeri ini terlebih tehadap-Nya.
Ketika kita merenung dengan hati yang sungguh-sungguh, mengingat semua perbuatan masa lampau. Mungkin sangat banyak kesalahan yang telah kita perbuat. Setelah merenung, perasaan bersalah akan muncul, perasaan menyesal pun ikut menyertainya. Dalam tahapan introspeksi diri tersebut sangat banyak peristiwa-peristiwa masa lampau yang terlintas di benak kita dan tiba-tiba muncul perasaan bersalah untuk tidak melakukannya lagi di kemudian hari. Atau hanya sekadar introspeksi diri mengingat kesalahan masa lalu, lantas mengulanginya lagi di lain kesempatan dan waktu.
Penekanan introspeksi diri seperti diserukan banyak kalangan bukanlah sekadar introspeksi lantas berbuat lagi. Yang terpenting adalah introspeksi diri yang sungguh-sungguh. Dimana dalam perenungan tersebut muncul perasaan bersalah dan sesal. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, sesal akan membuat orang mengucurkan air mata. Karena sesal adalah suatu persiapan ke arah perbaikan perilaku yang sungguh-sungguh yang disertai perasaan untuk bertobat.
Seseorang baru dinyatakan bertobat jika dengan kesadaran penuh memutuskan untuk tidak lagi melakukan kesalahan atau kejahatan sejak seseorang tersebut memutuskan untuk benar-benar bertobat. Tanpa keputusan dan tekad bulat untuk tidak lagi mengulangi perbuatan masa lampau, tobat tidak akan berjalan sebagaimana diharapkan dan akan sia-sia saja (Kompas 13/3/2007).
Tuhan menciptakan manusia memiliki dua mata, dua telinga dan satu mulut. Berarti dari keadaan ini kita dituntut untuk lebih banyak membaca, mendengar dan sedikit berbicara. Membaca buku-buku yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan mendengar nasehat orangtua demi untuk perbaikan masa depan. Menghindari banyak bicara apalagi membicarakan orang lain.
Momentum Natal
Selama ini, kita terlalu banyak membuang-buang waktu, tenaga dan pikiran untuk sesuatu yang ada di luar diri kita. Terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan kesalahan, kaburukan maupun kelalaian orang lain. Sementara diri kita yang kita anggap sebagai yang terbaik ternyata tidak efektif untuk memperbaiki apa yang kita anggap salah. Belakangan ini, banyak orang yang menginginkan orang lain berubah sesuai dengan keinginannya. Kita juga sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya hancur-hancuran, di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Keinginan tersebut terlampau muluk-muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa mengubah sikap istri atau suami saja tidak sanggup? Mungkin salah satu jawabannya adalah karena kita tidak pernah mempunyai waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar, namun kiranya patut direnungkan baik-baik. Karena, di dalam setiap ajaran agama mana pun kita diajari untuk selalu merenung dan meminta ampun kepada Tuhan jika kita telah melakukan kesalahan dan kesilapan.
Mengubah diri dan cara hidup berarti berupaya untuk menemukan jati diri yang terbaik dalam kehidupan. Suatu proses memadu elemen pikiran dan hati agar menyatu atau bersepakat memperoleh hidup yang lebih bermakna berupa pencerahan spiritual atau pemahaman nilai-nilai moral kemanusiaan yang memberi ketenangan.
Apalagi dalam suasana seperti sekarang ini, suasana Natal yang diyakini membawa damai sejahtera bagi seluruh umat manusia, Natal penuh kasih melingkupi semua umat manusia di muka bumi ini. Saat Yesus lahir ke dunia ini ada Bintang yang dari Timur memancarkan sinar yang sangat terang. Orang Majus mengetahui keberadaan Yesus lewat petunjuk bintang. Bintang dalam hal ini mengingatkan kita akan terang dan cahaya yang dipancarkannya. Suasana Natal Tahun ini kiranya membawa terang dan semua umat menjadi terang bagi keluarganya, terang bagi masyarakat yang dipimpinnya dan terang bagi bangsa dan negara. Pemimpin yang sekaligus menjadi terang akan membawa rakyatnya ke sebuah perubahan yang luar biasa.
Kiranya momentum Natal tahun ini menjadi salah satu upaya bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Natal adalah saat yang sangat tepat untuk melakukan koreksi diri. Mengevaluasi diri dan melakukan perbaikan perilaku dan sikap yang membangun diri sendiri mulai hari ini maupun di kemudian hari. Kiranya Kasih dan Damai Natal hadir di tengah-tengah kita. Selamat Hari Natal !
* Penulis adalah jurnalis tinggal di Medan.
Subscribe to:
Posts (Atom)