Pendidikan Anak Usia Dini Lewat Keluarga
Oleh : James P. Pardede

Sebagian masyarakat Indonesia belum sepenuhnya me­nyadari pentingnya pendi­dikan bagi anak usia dini. Pa­dahal, pendidikan anak usia dini (PAUD) saat ini diakui menjadi tahapan penting dalam pen­didikan anak, seperti ter­tuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sis­tem pendidikan Nasional.

PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang dituju­kan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani anak agar memiliki ke­siapan dalam memasuki pen­didikan lebih lanjut.

Usia 0 sampai 6 tahun me­rupakan masa emas bagi per­tumbuhan dan perkem­bangan seorang anak. Selain gizi yang cukup, beragam stimulus atau rangsangan untuk perkem­bangan fisik, yakni koordinasi syaraf motorik halus dan kasar, kecerdasan yang meliputi daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi serta kecer­dasan spritual.

Oleh sebab itu, pendidikan yang diberikan pada anak usia dini, bukan saja sangat penting bagi perkembangan kemam­puan dasar anak untuk menem­puh jenjang pendidikan selan­jutnya, tetapi juga turut mem­berikan kontribusi yang sangat besar dalam mempercepat ke­berhasilan peningkatan SDM.

Selain itu, usia dini, khusus­nya pada usia 0-5 tahun atau di bawah lima tahun (Balita), juga merupakan kurun waktu yang sangat menentukan bagi pem­ben­tukan karakter dan kepri­badian seorang anak.

Usia 0-5 tahun ini juga meru­pakan usia penting bagi peng­embangan intelegensi perma­nen diri seorang anak. Oleh se­bab itu, di negara-negara maju, pembangunan pendidi­kan un­tuk anak usia dini ini mendapat perhatian yang sangat serius serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pening­katan kualitas sumber daya ma­nusia.
Itu sebabnya, setiap orang tua dapat menjadikan anaknya seorang anak yang cerdas dan kreatif. Semua orang tua dapat melakukannya, jika para orag tua mau mengutamakan kebu­tuhan dan kepentingan sang anak.

Berkenaan dengan upaya untuk membentuk kecerdasan seorang anak, selain terpenu­hinya kebutuhan fisik-biologis, terutama kebutuhan gizi yang baik sejak dalam kandungan serta kasih sayang yang dapat memberikan rasa aman, terlin­dungi, dihargai dan diperhati­kan, maka hal lain yang harus dilakukan adalah dengan mem­be­rikan stimulasi sedini mung­kin sejak dalam kandu­ngan serta pada masa keemasan tumbuh kembang sang anak.

Adapun yang dimaksud dengan stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir yang dila­kukan setiap hari untuk merang­sang semua sistem panca indera. Dan, sebagai bentuk pendidi­kan, stimulasi dimaksud sebaik­nya diberikan sejak janin beru­sia 6 bulan dalam kan­dungan.

Kemudian, guna membentuk anak yang kreatif, orang tua harus dapat memberi contoh tanpa memaksa, akan tetapi memberi kebe­ranian atau tantangan untuk anak berkreasi, memberikan penghargaan dan pujian atas keberhasilan dan perilaku yang baik. Memberikan koreksi dan bukan dalam bentuk ancaman atau hukuman bila anak mela­kukan kesalahan.

Terkait dengan pentingnya PAUD ini, baik itu yang dilaku­kan secara formal, non formal atau informal, pemerintah dan masyarakat perlu mengkaji, menelaah dan mencarikan jalan keluar yang terbaik, khususnya terhadap berbagai permasa­lahan yang menyebabkan PA­UD, pada sebagian besar masya­rakat kita belum mendapat per­hatian yang serius.

Karena, dalam kenyata­an­nya, dengan berbagai faktor penyebab, sebagian besar ma­sya­rakat, terutama orang tua belum begitu memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia yang sa­ngat menentukan tumbuh kem­bang seorang anak tersebut.

Sebagai contoh, masih terba­tasnya pengetahuan dan infor­masi yang dimiliki orangtua yang menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak dapat berkembang dengan baik seba­gaimana mestinya.

Kesuksesan pendidikan da­lam upaya mencerdaskan kehi­dupan berbangsa yang berbasis moral dan akhlak mulia, sangat tergantung pada penye­leng­garaan PAUD. Se­mua ini me­nun­jukan betapa pentingnya PAUD sebagai pendidikan yang berhubungan dengan moralitas.
Karena, dari berbagai pene­litian pun terbukti bahwa usia dini (0-6 tahun) merupakan periode atau masa keemasan (the golden age) yang sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Disebutkan bahwa kecer­dasan anak 50 persen dicapai pada usia 0-4 tahun, sebanyak 80 persen pada usia delapan tahun dan 100 persen pada usia 18 tahun.

Pada masa emas, seorang anak mampu menyerap ide dan ilmu atau pelajaran jauh lebih kuat daripada orang dewasa, sehingga memberikan pendi­dikan kepada anak di usia terse­but sangat penting untuk tum­buh kembangnya.

Penelitian itu juga menye­butkan, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari kese­luruhan perkembangan otak anak selama hidupnya sehingga pada usia emas merupakan wak­tu yang sangat tepat untuk meng­gali segala potensi kecer­dasan anak sebanyak-ba­nyak­nya.

Namun sayangnya, pema­haman masyarakat akan pen­ting­nya pendidikan anak usia dini masih terbilang rendah. Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas, Ace Suryadi mengakui saat ini penye­leng­garaan PAUD belum menjadi prioritas pemerintah sehingga penyelenggaran PAUD masih menjadi inisiatif swasta dan masyarakat .

Karena belum menjadi prio­ritas, lanjut Ace Suryadi maka masih banyak anak usia dini yang berada di pede­saan serta mereka yang berasal dari keluarga miskin tidak memiliki kesempatan mempe­roleh pen­didikan yang layak sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar 9 tahun.

Oleh karena itu, Depdiknas tengah merintis program PAUD berbasis keluarga atau home schooling PAUD untuk mem­per­luas akses pendidikan pra sekolah bagi anak usia 0-6 tahun khususnya bagi kelompok tidak mampu sebelum memasuki pendidikan dasar.
Konsep dasar dirintisnya PAUD berbasis keluarga adalah karena banyak orangtua yang belum memperoleh kesempatan untuk mengirimkan anaknya ke PAUD, seperti taman penitipan anak, Taman Kanak-kanak, Play Group dan sejenisnya karena keterbatasan ekonomi.

Diharapkan, dengan program PAUD berbasis keluarga ini akan membina orang tua dan keluarga untuk terlibat langsung mengem­bangkan fungsi jasmani dan rohani anak berkembang secara baik. Peningkatan akses dan mutu layanan PAUD ke berbagai daerah tanpa mengenal status dan latar belakang akan menentukan keberhasilan program peningkatan partisipasi masyarakat dalam mensukseskan PAUD di Indonesia.
Program PAUD berbasis keluarga ini juga harus mengemban misi membangun bangsa dengan hati nurani. Dimana setiap masyarakat ikut ambil bagian dalam mensosialisasikan pentingnya PAUD bagi anak usia dini kepada setiap keluarga, terutama dalam mempersiapkan mereka memasuki pendidikan dasar.

Lebih lanjut Ace menga­takan, program PAUD berbasis keluarga bertujuan untuk mena­namkan konsep pendidikan bagi anak pra sekolah dengan cara-cara benar seperti tanpa kekerasan, tanpa ancaman, tanpa harus ditakut-takuti sehingga tanpa memandang status dan latar belakang keluar­ganya, maka anak-anak memi­liki kesempatan untuk tumbuh kembang secara baik dan siap memasuki pendidikan lanjutan.

Banyaknya anak usia dini belum terlayani dengan baik. Hal ini memang merupakan satu tantangan besar bagi peme­rintah dan masyarakat Indonesia pada umumnya, karena mereka merupa­kan aset yang bernilai tinggi bagi bangsa. Nasib bangsa ini ditentukan di tangan mereka. Jika generasi sekarang sudah rusak, maka ke depan negara ini akan dipenuhi oleh generasi yang sudah rusak pula.

No comments: